MAKALAH
ASUHAN
KEBIDANAN PATOLOGI
HIPEREMESIS
GRAVIDARUM
OLEH
KELOMPOK
II
MUZDALIFA NENI DIYONO (11211132)
STEVA YOLANDA (11211155)
Dosen
Pembimbing : DEVI SYARIEF, S.Si.T M.Keb
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“ HIPEREMESIS GRAVIDARUM“.
Makalah ini penulis susun dalam rangka menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh dosen pembimbing mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN IV, dan merupakan salah satu
tugas kelompok yang harus dipenuhi oleh mahasiswa akademi kebidanan.
Dalam pembuatan makalah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah yakni ibu DEVI SYARIEF, S.Si.T M.Keb, dan
Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dan memberikan dorongan dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih.
Padang, April 2013
PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum)
adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual
biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam
hari. Gejala – gejala ini kurang
lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung
selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 – 80% primi
gravida dan 40 – 60% multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala –
gejala ini menjadi lebih berat
Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar
hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh
Fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat
atau pengosongan lambung lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat
menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang
berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari – hari menjadi
terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut
hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan
berat ringannya penyakit. (Prawirohardjo, 2002)
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita
jumpai pada kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50 – 70% wanita hamil dalam 16
minggu pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual-
mual dan 44% mengalami muntah – muntah. Wanita hamil memuntahkan segala apa
yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit
berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut
hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Perbandingan
insidensi hiperemesis gravidarum
4 : 1000 kehamilan. (Sastrawinata, 2004)
4 : 1000 kehamilan. (Sastrawinata, 2004)
Diduga 50% sampai 80% ibu hamil mengalami mual dan muntah dan
kira – kira 5% dari ibu hamil membutuhkan penanganan untuk penggantian cairan
dan koreksi ketidakseimbangan elektrolit. Mual dan muntah khas kehamilan
terjadi selama trimester pertama dan paling mudah disebabkan oleh peningkatan
jumlah HCG. Mual juga dihubungkan dengan perubahan dalam indra penciuman dan
perasaan pada awal kehamilan. (Walsh, 2007)
Hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai vomitus yang
berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, atu defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat
badan. Insiden kondisi ini sekitar 3,5 per 1000 kelahiran. Walaupun kebanyakan
kasus hilang dan hilang seiring perjalanan waktu, satu dari setiap 1000 wanita
hamil akanmenjalani rawat inap. Hiperemesis gravidarum umumnya hilang dengan
sendirinya (self-limiting), tetapi penyembuhan berjalan lambat dan relaps
sering umum terjadi. Kondisi sering terjadi diantara wanita primigravida dan
cenderung terjadi lagi pada kehamilan berikutnya. (Lowdermilk, 2004)
B. TUJUAN
1. untuk mengetahui definisi hiperemesis
gravidarum
2.
Untuk
mengetahui etiologi hiperemesis gravidarum
3.
Untuk mengetahui patofisiologi hiperemesis
gravidarum
4.
Untuk
mengetahui gejala dan tanda hiperemesis gravidarum
5.
Untuk mengetahui diagnosis hiperemesis
gravidarum
6.
Untuk mengetahui pencegahan hiperemesis
gravidarum
7.
Untuk mengetahui penatalaksanaan hiperemesis
gravidarum
C. MANFAAT PENULISAN
Diharapkan
kepada pembaca terutama mahasiswi kebidanan untuk dapat mengerti dan memahami
hiperemesis gravidarum serta mengetahui tanda dan gejala sehingga dapat
melakukan pencegahan dan penatalaksanaan secara cepat dan tepat.
D. RUMUSAN
MASALAH
Wanita hamil yang mengalami mual dan muntah yang
berlebihan
BAB II
PEMBAHASAN
A. TINJAUAN
TEORI
1.
DEFINISI
1.
Hiperemesis
gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk karena
terjadi dehidrasi
(Sinopsis Obstetri 1, 195)
2.
Hiperemesis
gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehaIr- hari
terganggu dan keadaan umum menjadi buruk
(Kapita Selekto 1, 259)
3.
Hiperemesis
gravidarum tingkat 1 adalah muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan
umum, menimbulkan rasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan turun dan
nyeri epigastrum. Frekuensi nadi pasien naik sekitar 100x permenit, tekanan
darah sistolik turun, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung
(Kapita Selekto 1, 259)
4.
Hiperemesisi
gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan
sehari-hari menjadi terganggu dan membuat keadaan umum menjadi lebuh buruk.
(arif 1999)
5.
mual dan
muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan sehari-haridan bahkan membahayakan
kehidupannya
(Manuaba 2001)
Mual dan muntah selama kehamilan biasanya di sebabkan
oleh perubahan dalam sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama
disebabkan oleh tingginya fluktuasi kadar hCG (human Chorionik gonadotropin), khususnya karena periode mual dan
muntah gestasional yang paling umum adalah pada 12-16 minggu pertama, yang pada
saat itu hCG mencapai kadar tingginya. hCG sama dengan LH (luteinizing hormon) dan di sekresikan
oleh sel-sel trofoblas blastosit.
hCG melewati kontrol ovarium di
hipofisis dan menyebabkan korpus luteum terus memproduksi estrogen dan progesteron, suatu fungsi yang nantinya diambil alih oleh lapisan korionik plasenta. Keluhan
ini secara umum dikenal sebagai “morning sickness” karena terasa lebih berat
pada pagi hari. Namun, mual dan muntah dapat berlangsung sepanjang hari. Rasa
dan intensitasnya seringkali dideskripsikan menyerupai mual muntah karena
kemoterapi untuk kanker.
2. PENYEBAB
Kejadian hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Tetapi
beberapa faktor predisposisi dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Faktor adaptasi dan hormonal
Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih
sering terjadi hiperemesis gravidarum.
Dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita hamil dengan
anemia, wanita primigravida dan
over distensi rahim pada hamil
ganda dan hamil mola hidatidosa.
Sebagian kecil primigravida belum
mampu beradaptasi terhadap hormon
estrogen dan khorionik
gonadrotropin, sedangkan pada hamil ganda dan mola hidatidosa, jumlah hormon
yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadi hiperemesis gravidarum itu.
2. Faktor psikologis
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis gravidarum belum jelas.
Besar kemungkin bahwa wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan,
keretakan hubungan dengan suami dan sebagainya, diduga dapat menjadi faktor
kejadian hiperemesis gravidarum.
1. Faktor alergi
Pada kehamilan, di mana diduga terjadi invasi
jaringan villi korialis yang
masuk ke dalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap dapat
menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum. (Manuaba, 1998. hal: 209).
3. KLASIFIKASI
Tingkat Hiperemesis Gravidarum
|
Tanda dan gejala
|
Tingkat Pertama
|
1. muntah yang terus menerus disertai
dengan intoleransi terhadap makan dan minum.
2. penurunan berat badan
3. nyeri epigastrium karena
asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esofagus
4. Pertama-tama isi muntahan adalah
makanan, kemudian lendir beserta sedikit cairan empedu, dan kalau sudah lama
bisa keluar darah.
pada pemeriksaan fisik :
a. mata cekung
b. lidah kering
c. turgor kulit menurun
d. urin sedikit berkurang.
5. Frekuensi nadi meningkat sampai 100
kali/menit
e. tekanan darah sistolik menurun
|
Tingkat Kedua
|
1. pasien memuntahkan segala yang dimakan
dan diminum
2. berat badan cepat menurun
3. ada rasa haus yang hebat
pemeriksaan Fisik :
a. Pasien terlihat apatis
b. Pucat
c. lidah kotor
d. kadang ikterus karena fungsi ginjal
terganggu
e. ditemukan aseton dan bilirubin dalam
urin.
f. Frekuensi nadi 100-140 x/i
g. tekanan darah sistolik < 80 mmHg
|
Tingkat ketiga
|
1.berkurangnya muntah atau bahkan berhenti
2. kesadaran menurun (delirium sampai koma)
Pemeriksaan Fisik :
a. Pasien mengalami ikterus
b. Sianosis
c. Nistagmus
d. gangguan jantung
e. ditemukan bilirubin dan protein.
|
4. PATOFISIOLOGI
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat.
Mual muntah terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi, hiponatremia,
hipokeoremia, penurunan klorida urin selanjutnya terjadi hemokonsentrasi yang
mengurangi perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan tertimbulnya zat toksik.
Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak sempurna
sehingga terjadi ketosis, hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang
berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak hepar. Selaput
lendir esofagus dan lambung dapat robek (Sindrom Mallory-Weiss) sehingga
terjadi perdarahan gastrointestinal. Jantung atrofi, kecil di biasanya.
Terdapat perdarahan pada otak, terdapat degenerasi lemak pada tubuh kontorfi
serta ginjal tampak pucat
Dari otopsi wanita yang meninggal (menurut
Manuaba, 1999. hal: 102) karena hiperemesis
gravidarum diperoleh keterangan bahwa terjadi kelainan pada organ-organ
tubuh sebagai berikut :
1. Hepar : Pada tingkat ringan hanya ditemukan
degenerasi lemak sentrilobuler tanpa
nekrosis. Kelainan lemak ini
nampaknya tidak menyebabkan kematian dan dianggap sebagai akibat muntah teru-menerus.
2. Jantung : jantung atrofi, kecil dari biasa. Kadang kala dijumpai perdarahan
sub-endokardial, ini sejalan dengan lamanya penyakit, kadang-kadang ditemukan
perdarahan sub-endokardial.
3. Otak : terdapat perdarahan pada otak dan
kelainan seperti pada ensefalopati
wernicke dapat dijumpai (dilatasi kapiler dan perdarahan kecil-kecil
didaerah korpora mamilaria ventrikel ketiga dan ke empat).
4. Ginjal : tampak pucat, degenerasi lemak pada tubuli kontorti.
5. DIAGNOSIS
Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
serta pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan muntah.
Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan muntah terjadi terus menerus, dirangsang
oleh jenis makanan tertentu, dan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari.
Selain itu dari anamnesis juga dapat diperoleh informasi mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan terjadinya hiperemesis gravidarum seperti stres, lingkungan
sosial pasien, asupan nutrisi dan riwayat penyakit sebelumnya (hipertiroid,
gastritis, penyakit hati, diabetes mellitus, dan tumor serebri).
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital,
tanda dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan
pemeriksaan tiroid dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis
banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah lengkap, urinalisis, gula
darah, elektrolit, Ultra Sonographic (USG) (pemeriksaan penunjang
dasar), analisis gas darah, tes fungsi hati dan ginjal.2 Pada
keadaan tertentu, jika pasien dicurigai menderita hipertiroid dapat dilakukan
pemeriksaan fungsi tiroid dengan parameter TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan
hipertiroid 50-60% terjadi penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi
gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori. Pemeriksaan laboratorium umumnya
menunjukan tanda-tanda dehidrasi dan pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria,
peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin dan hematokrit. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk
mendeteksi adanya kehamilan ganda ataupun mola hidatidosa.
6. DIAGNOSISI BANDING
Selain hiperemesis gravidarum, ada beberapa
penyakit yang harus dipikirkan jika terjadi mual dan muntah yang berat dan
persisten pada ibu hamil, yaitu:
·
Ulkus peptikum
Ulkus peptikum
pada ibu hamil biasanya adalah penyakit ulkus peptikum kronik yang mengalami
eksaserbasi. Gejalanya adalah nyeri
epigastrik yang berkurang dengan makanan atau antasid dan memberat dengan
alkohol, kopi, atau OAINS. Nyeri tekan epigastrik, hematemesis, dan
melena dapat ditemukan.
·
Kolestasis obstetrik
Gejala yang khas
untuk kolestasis adalah pruritus pada seluruh tubuh tanpa adanya ruam. Ikterus, warna urin gelap, dan tinja
terkadang pucat juga dapat ditemui walaupun jarang. Pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan peningkatan kadar enzim hati atau peningkatan bilirubin.
·
Acute fatty liver
Pada penyakit ini
ditemukan perburukan fungsi hati yang terjadi cepat disertai dengan gejala
kegagalan hati seperti hipoglikemia, ganguan pembekuan darah, dan perubahan
kesadaran sekunder akibat ensefalopati hepatik. Penyebab kegagalan hati akut
yang lain harus disingkirkan, misalnya keracunan parasetamol dan hepatitis
virus akut.
·
Apendiksitis akut
Pasien dengan apendiksitis akut mengalami demam
dan nyeri perut kanan bawah. Uniknya, lokasi nyeri dapat berpindah ke atas
sesuai usia kehamilan karena uterus yang semakin membesar. Nyeri dapat berupa
nyeri tekan dan nyeri lepas. Dapat ditemukan tanda Bryan (timbul nyeri bila
uterus digeser ke kanan) dan tanda Alder (pasien berbaring miring ke kiri dan
letak nyeri tidak berubah).
·
Diare akut
Gejal diare akut adalah mual dan muntah disertai
dengan peningkatan frekuensi buang air besar di atas 3 kali per hari dengan
konsistensi cair.
7. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi akibat hiperemesis gravidarum alntara lain:
a. Komplikasi ringan:
Kehilangan berat badan, dehodrasi, asidosis dari kekurangan gizi,
alkalosis, hipokalemia, kelemahan otot, kelainan elektrokardiografik, tetani,
dan gagguan psikologis.
b. Komplikasi yang mengancam kehidupan:
Rupture oesophageal berkaitan dengan muntah yang berat, encephalophaty
wernicke’s, mielinolisis pusat pontine, retinal haemorage, kerusakan ginjal,
pneumomediastinum secara spontan, keterlambatan pertumbuhan didalam kandungan,
dan kematian janin.
8. PENCEGAHAN
Prinsip pencegahan
adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis gravidarum dengan cara :
1. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
3. Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, erlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan dengan teh hangat.
5. makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
6. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
7. Defekasi teratur
8. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
1. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
3. Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, erlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan dengan teh hangat.
5. makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
6. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
7. Defekasi teratur
8. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
9. PENATALAKSANAAN
Apabila keluhan dan gejala tidak mengurang maka
diperlukan :
1. Obat – obatan
1. Obat – obatan
a. Sedativa :
phenobarbital
b. Vitamin : Vitamin
B1 dan B6 atau B – kompleks
c. Anti histamin :
Dramamin, avomin
d. Anti emetik (pada
keadan lebih berat) : Disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasin
Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat
perlu dikelola di rumah sakit.
2. Isolasi
2. Isolasi
a. Penderita
disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik.
b. Catat cairan yang
keluar masuk.
c. Hanya dokter dan
perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan.
d. Tidak diberikan makanan/minuman dan selama 24 jam.
Kadang – kadang dengan isolasi saja gejala – gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
d. Tidak diberikan makanan/minuman dan selama 24 jam.
Kadang – kadang dengan isolasi saja gejala – gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3. Terapi psikologik
a. Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan
b. Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan
c. Kurangi pekerjaan sera menghilangkan masalah dan konflik
a. Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan
b. Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan
c. Kurangi pekerjaan sera menghilangkan masalah dan konflik
4. Cairan parenteral
a. Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5%
dalam cairan fisiologis (2 – 3 liter/hari)
b. Dapat ditambah kalium, dan vitamin(vitamin B kompleks, Vitamin C)
c. Bila kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena
d. Bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat
diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair
Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala – gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik
a. Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5%
dalam cairan fisiologis (2 – 3 liter/hari)
b. Dapat ditambah kalium, dan vitamin(vitamin B kompleks, Vitamin C)
c. Bila kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena
d. Bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat
diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair
Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala – gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik
5. Menghentikan kehamilan (terminasi)
Bila pegobatan tidak berhasil, bahkan gejala semakin berat hingga timbul ikterus, delirium, koma, takikardia, anuria, dan perdarahan retina, pertimbangan abortus terapeutik.
6. Diet
a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
Makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat – zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
Makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat – zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara
berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak
diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali
vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis
ringan.
Menurut
kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini
cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.
10. PROGNOSIS
Kriteria keberhasilan pengobatan dapat di tentukan sebagai berikut:
1.
Rehidrasi
berhasil dan turgor kulit pulih kembali
2. Dieresis
bertambah banyaknyansehingga benda keton semakin berkurang
3.
Kesadaran
penderita seamkin baik yang ditandai dengan kontak bertambah meyakinkan
4. Keadaan
ikterus semakin berkurang
B. KONSEP DASAR MANAJEMEN KEBIDANAN
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan maslah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasi pikiran serta tindakan
berdasarkan teri ilmiah. Penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian tahapan
untuk mengambil keputusan yang berfokus pada klien. Asuhan ini adalah bantuan
yang diberikan oleh bidan kepada klien atau pasien yang pelaksanaannya
dilakukan dengan cara bertahap dan sistematis dan melalui suatu proses yang
disebut Manajemen Kebidanan menurut Varney, 1997 .
Proses manajemen menurut varney (1997) terdiri dari 7
langkah yang berurutan dimana setiap
langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang
dapat diaplikasikan dalam situasi apapun.
yaitu:
1.
Mengumpulkan data yang diperlukan
untuk mengidentifikasi pasien secara lengkap.
2. Mengidentifikasi masalah atau diagnosa
berdasarkan interpretasi yang benar dari data tersebut .
3. Mengantisipasi masalah potensial atau
diagnosa lainnya yang mungkin terjadi karna masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi .
4. Mengevaluasi perlunya intervensi segera
oleh bidan dan dokter.
5.
Mengembangkan rencana asuhan yang
menyeluruh.
6. Mengembangkan rencana asuhan tersebutsecara
efisien dan aman.
7. Mengevaluasi keefektifan dan asuhan yang
telah diberikan.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan pada
dasarnya jelas, akan tetapi dalam pembahasan singkat mengenai langkah-langkah
tersebut mungkin akan lebih memperjelas proses pemikiran dalam proses klinis
yang berorientasi pada langkah ini. Penulis membatasi hanya pada kasus hiperemesis gravidarum.
Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Langkah I : Pengkajian
Pengkajian
adalah pendekatan seismatis untuk mengumpulkan data, menelompokkan data dan
menganalisa data sehingga dapat diketahui masalah dan keadaan klien. Pada
langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien.
Data-data yang dikumoulkan meliputi :
I.
Data subjektif
a.
Biodata atau Identitas klien dan
suami
yang perlu dikaji :
nama : untuk membedakan antara klien satu dengan yang lain agar tidak
keliru dalam memberikan asuhan
umur : untuk mengetahui usia klien tidak akan berpengaruh resiko
terhadap kehamilannya. Jika usia ibu terlalu muda saat hamil maka
akan kemungkinan terjadi emesis gravidarum, atau bahkan
hiperemesis gravidarum grade I
agama : untuk menentukan cara kita memberikan asuhan dan motivasi
kepada klien sesuai dengan agama yang dianutnya
suku : untuk menentukan cara kita memberikan asuhan kepada klien
sesuai dengan adat istiadat klien
pendidikan : dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga
mempermudah dalam memberikan pendidikan kesehatan. Tingkat
pendidikan mempengaruhi sikap dan perlaku klien terhadap
hiperemesis gravidarum grade I
pekerjaan : untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan
kesehatan, serta dapat menunjukkan tingkat keadaan ekonomi
keluarga
alamat : untuk mengetahui daerah atau lokasi tempat klien tinggal dan
mempermudah pemantauan.
yang perlu dikaji :
nama : untuk membedakan antara klien satu dengan yang lain agar tidak
keliru dalam memberikan asuhan
umur : untuk mengetahui usia klien tidak akan berpengaruh resiko
terhadap kehamilannya. Jika usia ibu terlalu muda saat hamil maka
akan kemungkinan terjadi emesis gravidarum, atau bahkan
hiperemesis gravidarum grade I
agama : untuk menentukan cara kita memberikan asuhan dan motivasi
kepada klien sesuai dengan agama yang dianutnya
suku : untuk menentukan cara kita memberikan asuhan kepada klien
sesuai dengan adat istiadat klien
pendidikan : dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga
mempermudah dalam memberikan pendidikan kesehatan. Tingkat
pendidikan mempengaruhi sikap dan perlaku klien terhadap
hiperemesis gravidarum grade I
pekerjaan : untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan
kesehatan, serta dapat menunjukkan tingkat keadaan ekonomi
keluarga
alamat : untuk mengetahui daerah atau lokasi tempat klien tinggal dan
mempermudah pemantauan.
b.
Keluhan utama
merupakan alasan utama klien datang ke pelayanan kesehatan dan apa-apa saja yang dirasakan klien.
kemungkinan yang ditemui pada hiperemesis grade I: ibu mengalami mual muntah secara terus menerus hingga menjadi letih dan lemas serta nafsu makan tidak ada
merupakan alasan utama klien datang ke pelayanan kesehatan dan apa-apa saja yang dirasakan klien.
kemungkinan yang ditemui pada hiperemesis grade I: ibu mengalami mual muntah secara terus menerus hingga menjadi letih dan lemas serta nafsu makan tidak ada
c.
Riwayat perkawinan
kemungkinan diketahui status perkawinan, umur waktu kawin dan berapa lama setelah kawin baru hamil
kemungkinan diketahui status perkawinan, umur waktu kawin dan berapa lama setelah kawin baru hamil
d.
Riwayat Menstruasi
yang ditanyakan :
HPHT, siklus, lama, banyaknya, bau, warna dan apakah nyeri waktu haid dan kapan mendapatkan haid pertama kalinya.
maksud pertanyaan ini adalah untuk menentukan tafsiran persalinan dan usia kehamilan,dimana dari sini merupakan salah satu cara untuk mengetahui apakah siklus mentruasi pasien normal.
yang ditanyakan :
HPHT, siklus, lama, banyaknya, bau, warna dan apakah nyeri waktu haid dan kapan mendapatkan haid pertama kalinya.
maksud pertanyaan ini adalah untuk menentukan tafsiran persalinan dan usia kehamilan,dimana dari sini merupakan salah satu cara untuk mengetahui apakah siklus mentruasi pasien normal.
e.
Riwayat Obstetric yang lalu
- kehamilan yang lalu, untuk mengetahui berapa usia kehamilan yang lalu
- persalianan yang lalu kemungkinan klien pernah mengalami persalinan spontan atau dengan tindakan, ada perdarahan, waktu persalinan ditolong siapa, dimana tempat melahirkan
- nifas yang lalu, untuk mengetahui apakah ada komplikasi pada masa nifas sebelumnya untuk mencegah komplikasi timbul kembali
- kehamilan yang lalu, untuk mengetahui berapa usia kehamilan yang lalu
- persalianan yang lalu kemungkinan klien pernah mengalami persalinan spontan atau dengan tindakan, ada perdarahan, waktu persalinan ditolong siapa, dimana tempat melahirkan
- nifas yang lalu, untuk mengetahui apakah ada komplikasi pada masa nifas sebelumnya untuk mencegah komplikasi timbul kembali
f.
Riwayat Kehamilan sekarang
- kemungkinan klien merasa mual, muntah, perdarahan
- kemungkinan apakah ada pemeriksaan kehamilan pada tenaga kesehatan, mendapatkan imunisasi TT dan tablet Fe
Pada hiperemesis gravidarum grade I,ibu akan mengalami:
- kemungkinan klien merasa mual, muntah, perdarahan
- kemungkinan apakah ada pemeriksaan kehamilan pada tenaga kesehatan, mendapatkan imunisasi TT dan tablet Fe
Pada hiperemesis gravidarum grade I,ibu akan mengalami:
1.
Gangguan aktifitas sehari-hari
2.
Dehidrasi
3.
Nafsu makan berkurang
4.
Mata cekung dan lidah kering
5.
Tampak lemas dan letih
Dan ini juga
berlaku jika ibu tidak menginginkan kehamilannya serta adanyan masalah keluarga
g.
Riwayat Kesehatan
- Riwayat Kesehatan sekarang : untuk mengetahui penyakit yang diserita saat ini yaitu ibu mengalami hiperemesis gravidarum grade I
- Riwayat kesehatan yang lalu : kemungkinan klien menderita penyakit jantung, DM, hipertensi, dll
- Riwayat Kesehatan sekarang : untuk mengetahui penyakit yang diserita saat ini yaitu ibu mengalami hiperemesis gravidarum grade I
- Riwayat kesehatan yang lalu : kemungkinan klien menderita penyakit jantung, DM, hipertensi, dll
h.
Riwayat Kesehatan Keluarga
untuk menhetahui apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit turunan seperti jantung, DM, hipertensi, dll
untuk menhetahui apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit turunan seperti jantung, DM, hipertensi, dll
i.
Riwayat kontarsepsi
untuk mengetahui apakah klien pernah menggunakan alat kontraepsi lain atau tidak dan apa ada keluhan saat menggunakan kontrasepsi
untuk mengetahui apakah klien pernah menggunakan alat kontraepsi lain atau tidak dan apa ada keluhan saat menggunakan kontrasepsi
j.
Riwayat Seksualitas
untuk mengetahui berapa kali klien melakukan hubungan seksualitas dalam seminggu, ada keluhan atau tidak
untuk mengetahui berapa kali klien melakukan hubungan seksualitas dalam seminggu, ada keluhan atau tidak
k. Psikososial Budaya
dikaji untuk mengetahui bagaimana perasaan ibu dalam menjalani kehamilan ini, dukungan keluarga, jenis kelamin yang diharapkan, kehamilan ini direncanakan atau tidak. Adakah pantangan makanan selama kehamilan, kebiasaan atau adapt istiadat selama kehamilan.
pada kasus hiperemesis gravidarum grade I yang takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut tanggung jawab sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah.
dikaji untuk mengetahui bagaimana perasaan ibu dalam menjalani kehamilan ini, dukungan keluarga, jenis kelamin yang diharapkan, kehamilan ini direncanakan atau tidak. Adakah pantangan makanan selama kehamilan, kebiasaan atau adapt istiadat selama kehamilan.
pada kasus hiperemesis gravidarum grade I yang takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut tanggung jawab sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah.
l.
Kebutuhan Dasar
dikaji untuk mengetahui kebutuhan bio-psiko yang meliputi
pemenuhan nutrisi : dikaji untuk mengetahui status gizi pasien sebelum dan
selama hamil apakah mengalami perubahan, frekuensi
makan, jenis makanan, kualitas dan kuantitas makanan,
serta berapa banyak klien minum dalam 1 hari. Pada klien
hiperemesis gravidarum grade I asupan makan dan minum
berkurang, ibu mengalami mual dan muntah setelah makan.
eliminasi : dikaji untuk mengetahui kebiasaan BAB dan BAK klien
sebelum dan selama hamil. BAB meliputi frekuensi,
jumlah, konsistensi, dan bau. Serta kebiasaan BAK
meliputi frekuensi, warna, dan jumlah. Pada kasus
hiperemesis gravidarum grade I frekuensi urin berkurang
diakibatkan karena adanya dehidrasi.
aktifitas : dikaji untuk mengetahui pola aktifitas sehari-hari. Pada
pasien hiperemesis gravidarum grade I, aktifitas
menjaditerganggu.
istirhat : dikaji untuk mengetahui pola istirahat tidur pasien. Berapa
lama waktu pasien tidur siang dan tidur malam. Pada klien
hiperemesis gravidarum grade I kebutuhan istirahat akan
berkurang karena adanya gangguan rasa nyaman klien
mengalami mual dan muntah.
dikaji untuk mengetahui kebutuhan bio-psiko yang meliputi
pemenuhan nutrisi : dikaji untuk mengetahui status gizi pasien sebelum dan
selama hamil apakah mengalami perubahan, frekuensi
makan, jenis makanan, kualitas dan kuantitas makanan,
serta berapa banyak klien minum dalam 1 hari. Pada klien
hiperemesis gravidarum grade I asupan makan dan minum
berkurang, ibu mengalami mual dan muntah setelah makan.
eliminasi : dikaji untuk mengetahui kebiasaan BAB dan BAK klien
sebelum dan selama hamil. BAB meliputi frekuensi,
jumlah, konsistensi, dan bau. Serta kebiasaan BAK
meliputi frekuensi, warna, dan jumlah. Pada kasus
hiperemesis gravidarum grade I frekuensi urin berkurang
diakibatkan karena adanya dehidrasi.
aktifitas : dikaji untuk mengetahui pola aktifitas sehari-hari. Pada
pasien hiperemesis gravidarum grade I, aktifitas
menjaditerganggu.
istirhat : dikaji untuk mengetahui pola istirahat tidur pasien. Berapa
lama waktu pasien tidur siang dan tidur malam. Pada klien
hiperemesis gravidarum grade I kebutuhan istirahat akan
berkurang karena adanya gangguan rasa nyaman klien
mengalami mual dan muntah.
2. Data Objektif
Data dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus.
Data dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus.
a. Pemeriksaan Umum
- keadaan umum : untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, lemah atau
buruk. Pada klien hiperemesis gravidarum grade I keadaan umum klien
lemah.
- kesadaran : untuk mengkaji tingkat kesadaran klien. Pada klien hiperemesis
gravidarum grade I tingat kesadarannya yatu apatis
- tekanan darah : untuk mengetahui faktor resiko hipertensi dan hipotensi. Pada
klien hiperemesis gravidarum grade I tekanan darah terjadi penurunan
- suhu : untuk mengetahui suhu badan pasien kemungkinan demam atau febris
yang menunjukkan tanda-tanda infeksi. Pada hiperemesis gravidarum
grade I suhu mengalami kenaikan karena mengalami dehidrasi.
- nadi : untuk mengetahui nadi klien dalam hitungan 1 menit penuh. Pada klien
hiperemesis gravidarum grade I nadi meningkat.
- pernapasan : untuk mengetahui frekuensi pernapasan dalam 1 menit penuh. Pada
klien hiperemesis gravidarum grade I frekuensi pernapasan menjadi
meningkat
- berat badan : untuk mengetahui status gizi klien. BB bumil bertanbah
0,5kg/minggu. Bila kurang perhatikan malnutrisi, malabsorbsi, pemakaian
alkohol, obat-obatan atau merokok dan jika lebih kemungkinan DM,
kehamilan ganda, hidramion atau oedema. Pada hiperemesis gravidarum
grade I BB menurun dari sebelumnya karena asupan nutrisi yang
berkurang atau
tidak ada.
- tinggi badan : untuk mengetahui tinggi badan pasien
- keadaan umum : untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, lemah atau
buruk. Pada klien hiperemesis gravidarum grade I keadaan umum klien
lemah.
- kesadaran : untuk mengkaji tingkat kesadaran klien. Pada klien hiperemesis
gravidarum grade I tingat kesadarannya yatu apatis
- tekanan darah : untuk mengetahui faktor resiko hipertensi dan hipotensi. Pada
klien hiperemesis gravidarum grade I tekanan darah terjadi penurunan
- suhu : untuk mengetahui suhu badan pasien kemungkinan demam atau febris
yang menunjukkan tanda-tanda infeksi. Pada hiperemesis gravidarum
grade I suhu mengalami kenaikan karena mengalami dehidrasi.
- nadi : untuk mengetahui nadi klien dalam hitungan 1 menit penuh. Pada klien
hiperemesis gravidarum grade I nadi meningkat.
- pernapasan : untuk mengetahui frekuensi pernapasan dalam 1 menit penuh. Pada
klien hiperemesis gravidarum grade I frekuensi pernapasan menjadi
meningkat
- berat badan : untuk mengetahui status gizi klien. BB bumil bertanbah
0,5kg/minggu. Bila kurang perhatikan malnutrisi, malabsorbsi, pemakaian
alkohol, obat-obatan atau merokok dan jika lebih kemungkinan DM,
kehamilan ganda, hidramion atau oedema. Pada hiperemesis gravidarum
grade I BB menurun dari sebelumnya karena asupan nutrisi yang
berkurang atau
tidak ada.
- tinggi badan : untuk mengetahui tinggi badan pasien
b. Pemeriksaan Khusus
1. secara inspeksi yaitu pemeriksaan secara melihat yang dimulai dari kepala sampai kaki.
yang dinilai adalah kemungkinan bentuk tubuh yang normal. Kebersihan kulit, rambut, muka, conjunctiva, sklera, hidung dan telinga. Mulut apakah ada caries dentis, stomatis, karang gigi. Leher apakah ada pembesran kelenjer gondok. Payudara apakah simetris kanan dan kiri, keadaan puting susu menonjol atau tidak, colostrum ada atau tidak, perut membesar sesuai usia kehamilan. Apakah ada bekas luka operasi, vulva apakah bersih, ada varises atau tidak, oedema dan pengeluaran dari vagina. Apakah ada hemoroid, ekstremitas bawah dan atas apakah ada kelainan.
untuk klien hiperemesis gravidarum garde I, pemeriksaan khusus (inspeksi) yang harus diperhatikan yaitu :
- muka : pada klien hiperemesis gravidarum grade I muka terlihat pucat
- mata : pada klien hiperemesis gravidarum grade I mata terlihat cekung dan ikterik
- mulut : pada pasien hiperemesis gravidarum grade I mulut berbau aseton dan lidah kering
- kulit : pada kasus hiperemesis gravidarum grade I tugor kulit berkurang
2. secara palpasi
dengan menggunakan cara leopold, kemungkinan yang ditemukan yaitu :
Leopold I : untuk menentukan TFU dan bagian janin pada fundus
Leopold II : untuk menentukan bagian kanan dan kiri pada perut klien
Leopold III : untuk menentukan bagian janin yang terdapat pada bagian bawah perut ibu dan apak bagian terbawah tersebut telah masuk PAP
Leopold IV : untuk menentukan apakah bagian terbawah telah masuk PAP dan seberapa besar masuknya.
1. secara inspeksi yaitu pemeriksaan secara melihat yang dimulai dari kepala sampai kaki.
yang dinilai adalah kemungkinan bentuk tubuh yang normal. Kebersihan kulit, rambut, muka, conjunctiva, sklera, hidung dan telinga. Mulut apakah ada caries dentis, stomatis, karang gigi. Leher apakah ada pembesran kelenjer gondok. Payudara apakah simetris kanan dan kiri, keadaan puting susu menonjol atau tidak, colostrum ada atau tidak, perut membesar sesuai usia kehamilan. Apakah ada bekas luka operasi, vulva apakah bersih, ada varises atau tidak, oedema dan pengeluaran dari vagina. Apakah ada hemoroid, ekstremitas bawah dan atas apakah ada kelainan.
untuk klien hiperemesis gravidarum garde I, pemeriksaan khusus (inspeksi) yang harus diperhatikan yaitu :
- muka : pada klien hiperemesis gravidarum grade I muka terlihat pucat
- mata : pada klien hiperemesis gravidarum grade I mata terlihat cekung dan ikterik
- mulut : pada pasien hiperemesis gravidarum grade I mulut berbau aseton dan lidah kering
- kulit : pada kasus hiperemesis gravidarum grade I tugor kulit berkurang
2. secara palpasi
dengan menggunakan cara leopold, kemungkinan yang ditemukan yaitu :
Leopold I : untuk menentukan TFU dan bagian janin pada fundus
Leopold II : untuk menentukan bagian kanan dan kiri pada perut klien
Leopold III : untuk menentukan bagian janin yang terdapat pada bagian bawah perut ibu dan apak bagian terbawah tersebut telah masuk PAP
Leopold IV : untuk menentukan apakah bagian terbawah telah masuk PAP dan seberapa besar masuknya.
3. secara auskultasi
pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya DJJ karena merupakan tanda pasti kehamilan
4. secara perkusi
pemeriksaan untuk mengetahui reflek patela kiri dan kanan positif
5. pemeriksaan ukuran panggul
untuk mengetahui keadaan normal ukuran panggul dengan pengukuran jangka panggul
c. Pemeriksaan penunjang
1. labolatorium
darah : hb, haemotokrit, golongan darah, kadar estriol
urin : kemungkinan ditemui protein, aceton dan kadar estriol yang berkurang, reduksi.
pada pemeriksaan hiperemesis gravidarum grade I yang dilakukan :
elektrolit darah dan urinalisis.
pada hiperemesis gravidarum urin terdapat aseton
2. USG
untuk mengetahui keadaan janin hidup, intrauterine, tunggal, cairan amnion berkurang, derajat kematangan plasenta
3. pemeriksaan cardiotokografi (CTG)
untuk mengetahui DJJ yang abnormal
4. pemeriksaan Amnioskopi
untuk mengetahui air ketuban berkurang, bercampur mekonium dan mengandung sel-sel
5. pemeriksan sitosol vaginal
untuk mengetahui adanya tanda-tanda post-term
1. labolatorium
darah : hb, haemotokrit, golongan darah, kadar estriol
urin : kemungkinan ditemui protein, aceton dan kadar estriol yang berkurang, reduksi.
pada pemeriksaan hiperemesis gravidarum grade I yang dilakukan :
elektrolit darah dan urinalisis.
pada hiperemesis gravidarum urin terdapat aseton
2. USG
untuk mengetahui keadaan janin hidup, intrauterine, tunggal, cairan amnion berkurang, derajat kematangan plasenta
3. pemeriksaan cardiotokografi (CTG)
untuk mengetahui DJJ yang abnormal
4. pemeriksaan Amnioskopi
untuk mengetahui air ketuban berkurang, bercampur mekonium dan mengandung sel-sel
5. pemeriksan sitosol vaginal
untuk mengetahui adanya tanda-tanda post-term
2. Langkah II : Intepretasi Data
Berdasarkan kasus hiperemesis gravidarum
grade I, maka kemungkinan intepretasi data yang tinbul adalah :
a. Diagnosa kebidanan
diagnosa yang ditegakkan untuk kasus hiperemesis gravidarum :
Ny. X, usia 19 th, G1P0O0H0, UK 3-4 minggu, janin hidup, intarauterine,KU ibu kurang baik dengan hiperemesis gravidarum gradeI
Dasar :
data subjektif :
- ibu mengatakan HPHT pada tanggal 5 april 3013
- ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama
- ibu mengatakan badannya lemas
- ibu mengatakan mual muntah terus menerus
- ibu mengatakan nafsu makan berkurang
- ibu mengatakan BAK berkurang
data objektif :
- KU kurang baik
- BB menuturun
- TD menurun (rendah)
- turgor kulit berkurang
- mata cekung
- lidah kering
- nafas berbau aseton
diagnosa yang ditegakkan untuk kasus hiperemesis gravidarum :
Ny. X, usia 19 th, G1P0O0H0, UK 3-4 minggu, janin hidup, intarauterine,KU ibu kurang baik dengan hiperemesis gravidarum gradeI
Dasar :
data subjektif :
- ibu mengatakan HPHT pada tanggal 5 april 3013
- ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama
- ibu mengatakan badannya lemas
- ibu mengatakan mual muntah terus menerus
- ibu mengatakan nafsu makan berkurang
- ibu mengatakan BAK berkurang
data objektif :
- KU kurang baik
- BB menuturun
- TD menurun (rendah)
- turgor kulit berkurang
- mata cekung
- lidah kering
- nafas berbau aseton
b. Masalah
kemungkinan masalah yang timbul pada hiperemesis gravidarum grade I adalah ibu merasa cemas dengan kehamilannya
kemungkinan masalah yang timbul pada hiperemesis gravidarum grade I adalah ibu merasa cemas dengan kehamilannya
c. Kebutuhan
kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belun teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data.
kebutuhan pada kasus hiperemesis gravidarum grade I : memberikan konseling dan motivasi dukungan pada ibu.
kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belun teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data.
kebutuhan pada kasus hiperemesis gravidarum grade I : memberikan konseling dan motivasi dukungan pada ibu.
3. Langkah III : Masalah atau Diagnosa Potensial
pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengamati klie. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.
pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengamati klie. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Kemungkinan masalah atau diagnosa potensial
yang timbul pada kasus ini yaitu :
hiperemesis gravidarum grade II
hiperemesis gravidarum grade II
4. Langkah IV : identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera
Mengidentifikasi perlunya
tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
lain yang sesuai dengan kondisi klien.
Kemungkinan tindakan segera
pada kasus hiperemesis gravidarum grade I yaitu :
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan seperti vit B1, B6, sedative, anti emetik, anti histamin dan motivasi.
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan seperti vit B1, B6, sedative, anti emetik, anti histamin dan motivasi.
5. Langakah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Suatu rencana asuhan harus
disetujui oleh kedua belah pihak baik bidan maupun klien agar perencanaan dapat
dilakukan dengan efektif. Semua keputusan harus bersifat rasional dan valid
berdasarkan teori serta asumsi yang berlaku tentang apa yang akan dilakukan.
Perencanaan tindakan yang
dilakukan yaitu :
1.
Sampaikan hasil pemeriksaan pada ibu
2.
Jelaskan pada ibu tentang masalah yang di hadapinya.
3.
Timbang berat badan dengan menggunakan alat yang sama.
4.
Observasi mual dan muntah
5.
Anjurkan kepada ibu untuk :
- Mengkonsumsi makanan yang bernutrisi selama kehamilan.
- Memperbanyak minum air
- Mengurangi makanan yang berlemak dan berbumbu.
- Makan sedikit-sedikit tapi sering.
- Makan makanan selingan seperti biscuit dan roti kering.
6.
Anjurkan ibu mengkomsumsi jahe (dalam bentuk teh jahe) dan permen rasa mint
untuk mengurangi rasa mual dan muntah.
7.
Bantu ibu memilih posisi yang menyenangkan.
8.
Observasi pengeluaran urine.
9.
Lanjutkan pemberian cairan secara intravena yaitu infuse RL : Dextrose 5% =
1 : 2
10. Anjurkan ibu untuk
beristirahat dan batasi pengunjung.
11. Ciptakan ruangan yang bersih,
nyaman dan kurangi rangsangan bau.
12. Berikan dukungan psikologis
pada ibu dan memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.
13. Libatkan keluarga dalam perawatan
ibu.
14. Tindakan yang diberikan :
- Antasida sirup 3x1 sdt
- Ondensetron (injeksi Intra Vena per 8 jam)
- Ranitidine
(injeksi Intra Vena per 8 jam)
6. Langkah VI : Pelaksanaan
rencana
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang merupakan kelanjutan
terhadap masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Bidan
bertugas merumuskan rencana asuhan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh
yang rasional dan benar-benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori
yang up to date.
langkah perencanaan pada hiperemesis gravidarum grade I yaitu :
langkah perencanaan pada hiperemesis gravidarum grade I yaitu :
1. Menyampaikan hasil pemeriksaan
pada ibu yaitu
Tanda - tanda vital :
Tanda - tanda vital :
TD : 90/70
mmHg
N : 89 x/menit
S : 37,50C
P : 24 x/menit
2. Menjelaskan pada ibu tentang
masalah yang dihadapinya
3. Mengobservasi mual dan muntah
4. Menimbang berat badan dengan
menggunakan alat yang sama.
5. Menganjurkan kepada ibu untuk
:
- Mengkomsumsi makanan yang bernutrisi selama kehamilan.
- Memperbanyak minum air.
- Mengurangi makanan yang berlemak dan berbumbu.
- Makan sedikit-sedikit tapi sering.
- Makan makanan selingan seperti biscuit dan roti kering.
6. Menganjurkan ibu mengkomsumsi
jahe (dalam bentuk teh jahe) dan permen rasa mint untuk mengurangi rasa mual
dan muntah.
7. Membantu ibu memilih posisi
yang menyenangkan
8. Mengobservasi pengeluaran
urine
9. Melanjutkan pemberian cairan
secara intravena yaitu RL : dextrose 5% = 1 ; 2
Cairan Dextrose dan RL dapat membantu mengganti cairan dan elektrolit yang keluar melalui muntah karena setiap 1000 ml larutan dextrose 5 % mengandung glukosa 55,0 % gr sedangkan RL mengandung natrium laktat 6,1 gr, natrium klorida 6,0 gr dan kalium klorida 0,4 % gr.
Cairan Dextrose dan RL dapat membantu mengganti cairan dan elektrolit yang keluar melalui muntah karena setiap 1000 ml larutan dextrose 5 % mengandung glukosa 55,0 % gr sedangkan RL mengandung natrium laktat 6,1 gr, natrium klorida 6,0 gr dan kalium klorida 0,4 % gr.
10. Menganjurkan pada ibu untuk
beristirahat dan batasi pengunjung.
11. Menciptakan ruangan yang
bersih, nyaman dan kurangi rangsangan bau.
Dengan ruangan yang bersih,nyaman dan tenang (dijauhkan dari kebisingan) akan mengurangi stimulasi mual dan muntah sehingga gejala akan membaik dan rangsang bau tertentu yang cukup tajam dapat memicu terjadinya mual dan muntah.
Dengan ruangan yang bersih,nyaman dan tenang (dijauhkan dari kebisingan) akan mengurangi stimulasi mual dan muntah sehingga gejala akan membaik dan rangsang bau tertentu yang cukup tajam dapat memicu terjadinya mual dan muntah.
12. Memberikan dukungan psikologis
pada ibu dan memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaanya.
Komunikasi terbuka membantu ibu untuk mengontrol, mengurangi kecemasan dan menghilangkan reaksi terhadap stress dan ambivalen yang dirasakannya sehingga menciptakan ketenangan batin, dan ibu dapat lebih tenang.
Komunikasi terbuka membantu ibu untuk mengontrol, mengurangi kecemasan dan menghilangkan reaksi terhadap stress dan ambivalen yang dirasakannya sehingga menciptakan ketenangan batin, dan ibu dapat lebih tenang.
13. Melibatkan keluarga dalam
perawatan ibu.
14. Tindakan yang di berikan:
- Cairan yang terpasang dextrose 5% 28 tetes/ menit botol ke empat pada tangan kanan.
- Antasida 1 sdt
- injeksi Ondensetron dan ranitidine.
7. Langkah VII : Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk
melengkapi proses menandakan seberapa jauh rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai. Pada langkah ini dilakukan evaluasi kefektifan dari
asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah dipenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana rencana tersebut
dianggap efektif jika memang efektif dalam pelaksanaannya.
- ibu merasa cemas dengan kesehatan dan kehamilannya
- ibu mengerti dan memahami keadaannya.
- Ibu muntah sebanyak 6 kali
- BB ibu sekarang 48 kg.
- a. Ibu bersedia
mengkomsumsi makanan yang bernutrisi untuk kesehatannya dan untuk
pertumbuhan serta perkembangan janin yang dikandungnya.
b. Ibu minum air putih ± 1000 ml.
c. Ibu bersedia untuk tidak makan makanan yang berlemak dan banyak bumbu.
d. Ibu makan makanan yang di berikan rumah sakit dan porsi tidak di habiskan.
e. ibu bersedia mengkomsumsi makanan yang dianjurkan. - ibu bersedia melakukan anjuran yang diberikan
- Ibu memilih posisi setengah duduk untuk mengurangi rasa mual
- Pengeluaran urine sebanyak ± 150 ml
- Terpasang cairan Dextrose 5 % 28 tetes/ menit, botol keempat pada tangan kanan
- Ibu bersedia untuk melaksanakan anjuran yang diberikan.
- Ruangan dalam keadaan bersih, nyaman dan segar.
- ibu merasa lebih baik dan lebih tenang dengan kondisinya saat ini.
- Keluarga bersedia untuk membantu dalam penyembuhan ibu.
- ibu bersedia diberikan tindakan yang berguna untuk memulihkan keadaan umum ibu
8. SOAP
Di dalam memberikan asuhan
lanjutan digunakan tujuh langkah manajemen varney, sebagai catatan perkembangan
dilakukan asuhan kebidanan SOAP dalam pendokumentasian. Sistim pendokumentasian
asuhan kebidanan dengan menggunakan SOAP yaitu :
S (subjektif) :
menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesa sebagai langkah satu varney.
pada ibu hiperemesis gravidarum :
- ibu mengalami mual muntah secara terus menerus hingga menjadi letih
dan lemas serta nafsu makan tidak ada
- ibu mengatakan usianya 19 tahun dan ini kehamilannya yang pertama
- ibu mengatakan HPHT 5 april 2013
melalui anamnesa sebagai langkah satu varney.
pada ibu hiperemesis gravidarum :
- ibu mengalami mual muntah secara terus menerus hingga menjadi letih
dan lemas serta nafsu makan tidak ada
- ibu mengatakan usianya 19 tahun dan ini kehamilannya yang pertama
- ibu mengatakan HPHT 5 april 2013
O (objektif) : menggambarkan pendokumentasian hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil
labolatorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung asuhan langkah satu varney.
pada ibu hiperemesis gravidarum :
pada pemeriksaan umum :
labolatorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung asuhan langkah satu varney.
pada ibu hiperemesis gravidarum :
pada pemeriksaan umum :
1.
Keadaan umum : Pada klien hiperemesis gravidarum
grade I keadaan umum klien lemah.
2.
Kesadaran : Pada klien hiperemesis gravidarum
grade I tingat kesadarannya yatu apatis
3.
Suhu :
Pada hiperemesis gravidarum grade I suhu mengalami kenaikan
karena mengalami dehidrasi
4.
Nadi : Pada klien hiperemesis gravidarum grade I
nadi meningkat.
5.
Pernapasan
: Pada klien hiperemesis gravidarum grade I frekuensi pernapasan menjadi
meningkat
6.
Berat
badan :Pada hiperemesis gravidarum grade I BB menurun dari sebelumnya karena
asupan nutrisi yang berkurang atau tidak ada.
misalnya :
misalnya :
Tanda-tanda
Vital
a. TD : 90/70
mmHg
b. N : 89 x/menit
c. S : 37,50C
d. P : 24 x/menit
e. TB/BB :
160 cm/48 kg
f.
BB
sebelum hamil : 49 kg
g.
HPHT : 5 april 2013
h.
TP : 12
januari 2014
i.
UK :
3-4 minggu
pada pemeriksaan fisik :
untuk klien
hiperemesis gravidarum garde I, pemeriksaan khusus(inspeksi) yang harus
diperhatikan yaitu :
muka : pada klien hiperemesis gravidarum grade I muka terlihat pucat
mata : pada klien hiperemesis gravidarum grade I mata terlihat cekung dan ikterik
mulut : pada pasien hiperemesis gravidarum grade I mulut berbau aseton dan lidah kering
kulit : pada kasus hiperemesis gravidarum grade I tugor kulit berkurang
muka : pada klien hiperemesis gravidarum grade I muka terlihat pucat
mata : pada klien hiperemesis gravidarum grade I mata terlihat cekung dan ikterik
mulut : pada pasien hiperemesis gravidarum grade I mulut berbau aseton dan lidah kering
kulit : pada kasus hiperemesis gravidarum grade I tugor kulit berkurang
Misalnya:
muka : tidak ada oedem, pucat, ada cloasma
gravidarum
mata : conjungtiva anemis, sklera tidak ikterus
mulut : tidak ada stomatitis, gigi tidak caries,
lidah sedikit kering
pemeriksaan penunjang :
Labolatorium : pada pemeriksaan hiperemesis gravidarum grade I yang
dilakukan elektrolit darah dan urinalisis.
pada hiperemesis gravidarum urin terdapat aseton
HB darah : 8 gr%
pemeriksaan penunjang :
Labolatorium : pada pemeriksaan hiperemesis gravidarum grade I yang
dilakukan elektrolit darah dan urinalisis.
pada hiperemesis gravidarum urin terdapat aseton
HB darah : 8 gr%
A (assesment) : menggambarkan pendokumentasian hasil analisa
dan intepretasi dan
subjektif dan objektif suatu identifikasi :
subjektif dan objektif suatu identifikasi :
1.
diagnosa atau masalah
2.
antisipasi diagnosa atau masalah
3.
perlunya tindakan segera, konsultasi atau
kolaborasi atau rujukan sebagai langkah II, III, IV varney
pada kasus
hiperemesis gravidarum misalnya :
Ny. X, usia 19 th, G1P0O0H0, UK 3-4 minggu, janin hidup, intarauterine,KU ibu kurang baik dengan hiperemesis gravidarum gradeI
masalah atau diagnosa potensia : hiperemesis gravidarum grade II
tindakan segera : kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan seperti vit B1, B6, sedative, anti emetik, anti histamin dan motivasi.
Ny. X, usia 19 th, G1P0O0H0, UK 3-4 minggu, janin hidup, intarauterine,KU ibu kurang baik dengan hiperemesis gravidarum gradeI
masalah atau diagnosa potensia : hiperemesis gravidarum grade II
tindakan segera : kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan seperti vit B1, B6, sedative, anti emetik, anti histamin dan motivasi.
P (planning) : menggambarkan pendokumentasian dari
tindakan dan evaluasi,
perencanaan berdasarkan assasment sebagai langkah V, VI, VII varney
perencanaan berdasarkan assasment sebagai langkah V, VI, VII varney
Pada
kasus hiperemesis gravidarum, misalnya :
Intervensi :
1. Sampaikan hasil pemeriksaan
pada ibu
2. Jelaskan pada ibu tentang
masalah yang di hadapinya.
3. Timbang berat badan dengan
menggunakan alat yang sama.
4. Observasi mual dan muntah
5. Anjurkan kepada ibu untuk :
a.
Mengkonsumsi makanan yang bernutrisi selama kehamilan.
b.
Memperbanyak minum air
c.
Mengurangi makanan yang berlemak dan berbumbu.
d.
Makan sedikit-sedikit tapi sering.
e.
Makan makanan selingan seperti biscuit dan roti kering.
6.
Anjurkan ibu mengkomsumsi jahe (dalam bentuk teh jahe) dan permen rasa mint
untuk mengurangi rasa mual dan muntah.
7.
Bantu ibu memilih posisi yang menyenangkan.
8.
Observasi pengeluaran urine.
9.
Lanjutkan pemberian cairan secara intravena yaitu infuse RL : Dextrose 5% =
1 : 2
10. Anjurkan ibu untuk
beristirahat dan batasi pengunjung.
11. Ciptakan ruangan yang bersih,
nyaman dan kurangi rangsangan bau.
12. Berikan dukungan psikologis
pada ibu dan memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.
13. Libatkan keluarga dalam perawatan
ibu.
14. Tindakan yang diberikan :
a.
Antasida sirup 3x1 sdt
b.
Ondensetron (injeksi Intra Vena per 8 jam)
c.
Ranitidine (injeksi Intra Vena per 8 jam)
implementasi :
1. Menyampaikan hasil pemeriksaan
pada ibu yaitu
Tanda - tanda vital :
Tanda - tanda vital :
TD : 90/70
mmHg
N : 89 x/menit
S : 37,50C
P : 24 x/menit
2. Menjelaskan pada ibu tentang
masalah yang dihadapinya
3. Mengobservasi mual dan muntah
4. Menimbang berat badan dengan
menggunakan alat yang sama.
5. Menganjurkan kepada ibu untuk
:
a. Mengkomsumsi makanan yang
bernutrisi selama kehamilan.
b. Memperbanyak minum air.
c. Mengurangi makanan yang
berlemak dan berbumbu.
d. Makan sedikit-sedikit tapi
sering.
e. Makan makanan selingan seperti
biscuit dan roti kering.
6. Menganjurkan ibu mengkomsumsi
jahe (dalam bentuk teh jahe) dan permen rasa mint untuk mengurangi rasa mual
dan muntah.
7. Membantu ibu memilih posisi
yang menyenangkan
8. Mengobservasi pengeluaran
urine
9. Melanjutkan pemberian cairan
secara intravena yaitu RL : dextrose 5% = 1 ; 2
Cairan Dextrose dan RL dapat membantu mengganti cairan dan elektrolit yang keluar melalui muntah karena setiap 1000 ml larutan dextrose 5 % mengandung glukosa 55,0 % gr sedangkan RL mengandung natrium laktat 6,1 gr, natrium klorida 6,0 gr dan kalium klorida 0,4 % gr.
Cairan Dextrose dan RL dapat membantu mengganti cairan dan elektrolit yang keluar melalui muntah karena setiap 1000 ml larutan dextrose 5 % mengandung glukosa 55,0 % gr sedangkan RL mengandung natrium laktat 6,1 gr, natrium klorida 6,0 gr dan kalium klorida 0,4 % gr.
10. Menganjurkan pada ibu untuk
beristirahat dan batasi pengunjung.
11. Menciptakan ruangan yang
bersih, nyaman dan kurangi rangsangan bau.
Dengan ruangan yang bersih,nyaman dan tenang (dijauhkan dari kebisingan) akan mengurangi stimulasi mual dan muntah sehingga gejala akan membaik dan rangsang bau tertentu yang cukup tajam dapat memicu terjadinya mual dan muntah.
Dengan ruangan yang bersih,nyaman dan tenang (dijauhkan dari kebisingan) akan mengurangi stimulasi mual dan muntah sehingga gejala akan membaik dan rangsang bau tertentu yang cukup tajam dapat memicu terjadinya mual dan muntah.
12. Memberikan dukungan psikologis
pada ibu dan memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaanya.
Komunikasi terbuka membantu ibu untuk mengontrol, mengurangi kecemasan dan menghilangkan reaksi terhadap stress dan ambivalen yang dirasakannya sehingga menciptakan ketenangan batin, dan ibu dapat lebih tenang.
Komunikasi terbuka membantu ibu untuk mengontrol, mengurangi kecemasan dan menghilangkan reaksi terhadap stress dan ambivalen yang dirasakannya sehingga menciptakan ketenangan batin, dan ibu dapat lebih tenang.
13. Melibatkan keluarga dalam
perawatan ibu.
14. Tindakan yang di berikan:
a. Cairan yang terpasang dextrose
5% 28 tetes/ menit botol ke empat pada tangan kanan.
b. Antasida 1 sdt
c. injeksi Ondensetron dan
ranitidine.
Evaluasi :
- ibu merasa cemas dengan kesehatan dan kehamilannya
- ibu mengerti dan memahami keadaannya.
- Ibu muntah sebanyak 6 kali
- BB ibu sekarang 48 kg.
- a. Ibu bersedia mengkomsumsi
makanan yang bernutrisi untuk kesehatannya dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan janin yang dikandungnya.
b. Ibu minum air putih ± 1000 ml.
c. Ibu bersedia untuk tidak makan makanan yang berlemak dan banyak bumbu.
d. Ibu makan makanan yang di berikan rumah sakit dan porsi tidak di habiskan.
e. ibu bersedia mengkomsumsi makanan yang dianjurkan. - ibu bersedia melakukan anjuran yang diberikan
- Ibu memilih posisi setengah duduk untuk mengurangi rasa mual
- Pengeluaran urine sebanyak ± 150 ml
- Terpasang cairan Dextrose 5 % 28 tetes/ menit, botol keempat pada tangan kanan
- Ibu bersedia untuk melaksanakan anjuran yang diberikan.
- Ruangan dalam keadaan bersih, nyaman dan segar.
- ibu merasa lebih baik dan lebih tenang dengan kondisinya saat ini.
- Keluarga bersedia untuk membantu dalam penyembuhan ibu.
- ibu bersedia diberikan tindakan yang berguna untuk memulihkan keadaan umum ibu
C. DATA FOKUS
1.
Aktifitas
istirahat
Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per
menit).
2. Eliminasi
Pcrubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih
Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.
3. Makanan/cairan
Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu) , nyeri epigastrium,
pengurangan berat badan (5 – 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb
dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan
lidah kering.
4.
Pernafasan
Frekuensi pernapasan meningkat.
5. Keamanan
Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma
6. Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan
abortus terapeutik.
7. Interaksi sosial
Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan
peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap
hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang.
8. kebutuhan dasar
a. Segala yang dimakan dan diminum
dimuntahkan, apalagi apalahi kalau belangsung sudah lama
b. Berat badan turun lebih dari 1/10 dari
berast badan normal
c. Turgor kulit, lidah kering
d. Adanya aseton dalam urine
D. PEMBAHASAN
Hiperemesis Pada Wanita Hamil dengan Usia Muda
Umur ibu mempunyai pengaruh yang
erat dengan perkembangan alat reproduksi. Hal ini berkaitan dengan keadaan
fisiknya dari organ tubuh ibu di dalam menerima kehadiran dan mendukung
perkembangan janin. Seorang wanita memasuki usia perkawinan atau mengakhiri
fase tertentu dalam kehidupannya yaitu umur repoduksi (Yunita, 2005).
Kehamilan dikatakan beresiko tinggi
adalah kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun. Usia dibawah 20 tahun bukan
masa yang baik untuk hamil karena organ-organ reproduksi belum sempurna, hal
ini tentu menyulitkan proses kehamilan dan persalinan. Sedangkan kehamilan
diatas usai 35 tahun mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi dalam
kehamilan dan persalinan antara lain perdarahan, gestosis, atau hipertensi
dalam kehamilan, distosia dan partus lama (Manuaba, 2003).
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Ridwan A dan Wahidudin (2007) umur reproduksi yang sehat dan
aman adalah umur 20-35 tahun. kehamilan diusia kurang 20 tahun dan diatas 35
tahun dapat menyebabkan Hiperemesis karena pada kehamilan diusia kurang 20
secara biologis belum optimal emosinya, cenderung labil, mentalnya belum matang
sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian
terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilanya. sedangkan pada
usia 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta
berbagai penyakit yang sering menimpa di usia ini (Ridwan dan Wahiduddin,
2007).
Hiperemesis Gravidarum di bawah umur
20 tahun lebih di sebabkan oleh karena belum cukupnya kematangan fisik, mental
dan fungsi sosial dari calon ibu tentu menimbulkan keraguan jasmani cinta kasih
serta perawatan dan asuhan bagi anak yang akan di lahirkannya. Hal ini
mempengaruhi emosi ibu sehingga terjadi konflik mental yang membuat ibu kurang
nafsu makan. Bila ini terjadi maka bisa mengakibatkan iritasi lambung yang
dapat memberi reaksi pada impuls motorik untuk memberi rangsangan pada pusat
muntah melalui saraf otak kesaluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal
ke diafragma dan otot abdomen sehingga terjadi muntah. Permasalahan dari segi
psikiatri dan psikologis sosial banyak di ulas akan menekankan pentingnya usah
usaha untuk melindungi anak- anak yang di lahirkan
kemudian (www.Bkkbn.co.id).
Sedangkan Hiperemesis Gravidarum
yang terjadi diatas umur 35 tahun juga tidak lepas dari faktor psikologis yang
di sebabkan oleh karena ibu belum siap hamil atau malah tidak menginginkan
kehamilannya lagi sehingga akan merasa sedemikian tertekan dan menimbulkan
stres pada ibu. Stres mempengaruhi hipotalamus dan memberi rangsangan pada
pusat muntah otak sehingga terjadi kontraksi otot abdominal dan otot dada yang
disertai dengan penurunan diafragma menyebabkan tingginya tekanan dalam
lambung, tekanan yang tinggi dalam lambung memaksa ibu untuk menarik nafas
dalam-dalam sehingga membuat sfingter esophagus bagian atas terbuka dan
sfingter bagian bawah berelaksasi inilah yang memicu mual dan muntah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang
berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu hamil
pun akan menjadi buruk.
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi
kehamilan usia muda pada umur kehamilan trimester satu sampai dengan memasuki
trimester ke dua, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum
dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum ibu yang sedang hamil dan
pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam
urine, bukan karena penyakit seperti Appendisitis, Pielitis dan sebagainya
namun karena adanya ketidak normalan ibu dalam menjalani kehamilan ini.
Oleh karena itu pada ibu hamil yang sedang
mengalami mual munta pada kehamilannya jangan dianggap biasa, karena mual
muntah yang berlebihan pada saat ibu hamil akan mengakibatkan keadaan ibu
menjadi lemah dan perkembangan janin terganggu.
B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan
mahasiswa dalam mengenali mual muntah pada ibu hamil yang berlebihan dan dapat
mengganggu kesehatan ibu dan perkembangan janin.
2.
Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan
dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dengan disertainya
makalah mengenai hiperemesis gravidarum ini mampu memberikan referensi yang
berguna untuk meningkatkan penanganan dan pengetahuan bagi petugas medis untuk
merawat ibu hamil yang mengalami mual muntah berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA
Soetjiningsih.2010.Masalah yang dialami ibu hamil
trimester satu . Jakarta: EGC
Dwana Estiwidani, DKK, “Konsep Kebidanan”, 2008