Jumat, 25 Oktober 2013

DIAPER RUSH - ASUHAN NEONATUS

DIAPER RUSH (RUAM POPOK) BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Diaper rash, atau yang sering disebut sebagai ruam popok yang sering terjadi pada anak balita. Akibat dari iritasi pada bagian bokong bayi dan kebanyakan bayi baru lahir memiliki iritasi kulit yang tak berbahaya yang biasanya akan hilang sendiri di bulan-bulan pertama. Ini bisa terjadi jika ia popok basahnya telat diganti, popoknya terlalu kasar dan tidak menyerap keringat, infeksi jamur atau bakteri atau bahkan eksema. Diaper rush merupakan masalah kulit pada daerah genital bayi yang ditandai dengan timbulnya bercak-bercak merah dikulit, biasanya terjadi pada bayi yang memiliki kulit sensitif dan mudah terkena iritasi. Bercak-bercak ini akan hilang dalam beberapa hari jika dibasuh dengan air hangat, dan diolesi lotion atau cream khusus ruam popok, atau dengan melepaskan popok beberapa waktu. 1.2 TUJUAN Tujuan dari disusunnya makalah ini adalah : - Untuk mengetahui masalah-masalah iritasi yang sering terjadi pada bayi terutama diaperash. - Mengajakarkan kepada ibu untuk selalu menjaga kulit bayi agar tidak lembab. - Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi iritasi pada bokong bayi. - Untuk memberi pengetahuan kepada ibu bahwa diaper rash merupakan hal yang fisiologis pada bayi. BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFENISI DIAPER RUSH Diaper rush adalah iritasi pada kulit bayi yang terjadi di daerah bokong. Ini bisa terjadi jika popok basahnya telat diganti, atau popoknya terlalu kasar dan tidak menyerap keringat, infeksi jamur atau bakteri atau bahkan eksema. Ruam popok atau diaper rush merupakan masalah kulit pada daerah genital bayi yang ditandai dengan timbulnya bercak-bercak merah dikulit, biasanya terjadi pada bayi yang memiliki kulit sensitif dan mudah terkena iritasi. Bercak-bercak ini akan hilang dalam beberapa hari jika dibasuh dengan air hangat, dan diolesi lotion atau cream khusus ruam popok, atau dengan melepaskan popok beberapa waktu. Ruam popok (diaper rash) adalah gangguan yang lazim ditemukan pada bayi. Gangguan ini banyak mengenai bayi berumur kurang dari 15 bulan, terutama pada kisaran usia 8 - 10 bulan 2.2 ETIOLOGI Beberapa faktor penyebab terjadinya ruam popok ( diaper rash, diaper dermatitis, napkin dermatitis ), antara lain: 1. Iritasi atau gesekan antara popok dengan kulit. 2. Kurangnya menjaga hygiene. popok jarang diganti atau terlalu lama tidak segera diganti setelah pipis atau BAB (feces). 3. Infeksi mikro-organisme (terutama infeksi jamur dan bakteri) 4. Alergi bahan popok. 5. Gangguan pada kelenjar keringat di area yang tertutup popok. 6. Kebersihan kulit yang tidak terjaga. 7. Jarang ganti popok setelah bayi/anak kencing. 8. Udara/suhu lingkungan yang terlalu panas/lembab 9. Akibat mencret 10. Reaksi kontak terhadap karet, plastik, detergen 2.3 TANDA DAN GEJALA Tanda dan gejala diaperush, diantaranya :  Iritasi pada kulit yang terkena muncul sebagai crytaema  Crupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti pantat, alat kemaluan, perut bawah paha atas.  Keadaan lebih parah terdapat : crythamatosa.  Kulit kemerahan dan lecet. Kulit pada lipatan kaki lecet dan berbau tajam.  Awal ruam biasanya timbul di daerah kelamin, bukan di dubur.  Beruntutan di daerah kelamin, pantat, dan pangkal paha.  Timbul lepuh-lepuh di seluruh daerah popok.  Bila penyakit telah berlangsung lebih dari 3 hari, daerah tersebut sering terkolonisasi ( ditumbuhi) oleh jamur, terutama jenis Candida Albicans, sehingga kelainan kulit bertambah merah dan basah  Mudah terjadinya infeksi kuman, biasanya staphylococcus aureus atau Sreptococcus beta hemolyticus sehingga kulit menjadi lebih bengkak, serta di dapatkan nanah dan keropeng  Bayi menjadi rewel karena rasa nyeri. Dampak bagi tingkah laku Anak: • rewel karena gatal. • susah tidur, gelisah. • garuk-garuk, bisa sampai baret dan berdarah-darah kalo langsung digaruk ditempat yang ruam. Bagi Orang tua: • Gelisah, tidak tenang, apalagi kalau sudah di treatment, tapi tidak sembuh-sembuh sampai lama. • Ikut sedih kalo anak lagi rewel karena gatel. • Semakin khawatir kalau ruam sampai tergaruk, baret, dan berdarah 2.4 PENATALAKSANAAN 1. Pencegahan • Gantilah popok segera setelah anak kencing atau berak. Hal ini mencegah lembab pada kulit. Janganlah memakai popok dengan ketat khususnya sepanjang malam hari. Gunakan popok dengan longgar sehingga bagian yang basah dan terkena tinja tidak menggesek kulit lebih luas. Bersihkan dengan lembut daerah popok dengan air. Anda tidak perlu menggunakan sabun setiap kali mengganti popok atau setiap kali buang air besar. (Bayi yang mendapat ASI dapat BAB sebanyak 8 kali per hari). Gunakan sabun hanya bila tinja tidak mudah keluar. • Jangan menggunakan bedak bayi atau talk karena dapat menyebabkan masalah dengan pernapasan pada bayi anda. • Hindari selalu membersihkan dengan usapan yang dapat mengeringkan kulit. Alkohol atau parfum pada produk tersebut dapat mengiritasi kulit bayi. 2. Penanganan • Gantilah popok yang telah penuh sesering mungkin • Gunakan air bersih untuk membersihkan area popok setiap kali mengganti popok. Gunakan air mengalir sehingga anda dapat membersihkandan membilas tanpa tidak perlu menggosok. • Tepuk sehingga kering; jangan menggosok. Biarkan area di udara terbuka sehingga benar-benar kering • Gunakan tipis-tipis ointment atau krim pelindung (seperti yang mengandung zinx ixide atau petrolatum) untuk membentuk lapisan pelindung pada kulit. Salep ini biasanya tebal dan lengket dan tidak hilang, seluruhnya pada penggantian popok berikutnya. Perlu diingat garukan keras atau gosokan kuat hanya akan lebih memperberat kerusakan kulit. 3. Pengobatan • Konsultasikan dengan dokter anda bila ruam: 1. Melepuh atau terdapat nanah 2. Tidak hilang dalam waktu 48 sampai 72 jam 3. Menjadi lebih berat • Gunakan krim yang mengandung steroid hanya bila dokter anda merekomendasikan. Krim tersebut jarang diperlukan dan mungkin berbahaya CONTOH KASUS DIAPERUSH M.ANDHIKA JAVIER 21 BULAN FORMAT PENGKAJIAN DATA PADA BAYI “TN.R” USIA 21 BULAN DENGAN DIAPERUSH DI BPS MUZDALIFA, A.MD.KEB PADA TANGGAL 30 JANUARI 2013 DI PADANG PENGKAJIAN DATA : 30 November 2013, pukul 20.00 WIB A. DATA SUBJEKTIF 1. IDENTITAS BAYI NAMA : m. Andhika javier UMUR : 21 bulan JENIS KELAMIN : laki-laki TANGGAL LAHIR : 24 april 2011 2. IDENTITAS ORANG TUA IBU AYAH NAMA : Ny. M NAMA : Tn.R UMUR : 21 tahun UMUR : 24 tahun AGAMA : islam AGAMA : islam SUKU/BANGSA : jawa/indonesia SUKU/BANGSA : minang/Indonesia PENDIDIKAN : SMA PENDIDIKAN : SMA PEKERJAAN : mahasiswa PEKERJAAN : wiraswasta ALAMAT : perum. Mega permai ALAMAT : perum. Mega permai blok i.2 no 11 permai blok i.2 no 11 NO TELP. : 0852 6464 3160 NO.TELP : 081266900513 3. ANAMNESA a. keluhan utama : adanya bintil-bintil merah pada bagian bokong bayi setela menggunakan pampers dan bayi menjadi lebih rewel dari biasanya b. lamanya keluhan : 2 hari yang lalu c. Riwayat kesehatan bayi : 1). ANC : tidakada keluhan 2). INC : cara persalinan : spontan/SC/vakum/forcep BB lahir : 3300 gr PB lahir : 50 cm 4). Alergi : tidak ada 5). Imunisasi : IMUNISASI TANGGAL TANGGAL TANGGA TANGGAL BCG 2 mei 2011 HEP B 13 juni 2011 11 agustus 2011 8 agustus 2011 DPT 13 juni 2011 11 agustus 2011 8 october 2011 23 november 2012 POLIO 13 juni 2011 11 agustus 2011 8 october 2011 23 november 2012 CAMPAK 14 februari 2011 d. Pola kebutuhan sehari-hari : 1. Nutrisi : Jenis makanan : 1 piring nasi+1/2 mangkuk sayur+1 potong lauk Porsi makan sehari : 3xsehari 2. Eliminasi BAK BAB frek : 8xsehari frek : 1xsehari warna : jernih konsistensi : lunak keluahan : tidak ada keluhan : tidak ada 3. Istirahat istirahat siang : 2 jam istirahat malam : 9 jam B. DATA OBJEKTIF 1. PEMERIKSAAN UMUM • KEADAAN UMUM : baik • NADI : 123x/i • PERNAPASAN : 43x/i • SUHU : 37oc • BB : 12 kg 1. PEMERIKSAAN FISIK • Kepala : bersih, tidak ada ketombe (seborrhea) • Mata : simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan • Muka : tidak ada oedema • Mulut : bersih • Leher : tidak ada pembengkakan kelenjer tyroid dan tidak ada pembengkakan kelenjer limfe • Dada : simetris payudara kiri dan payudara kanan • Abdomen : tidak ada kelainan • Genitalia : ada lubang pada saluran uretra • Punggung : tidak ada spina bifida, ada bintil-bintil merah pada daerah bokong • Anus : ada lubang anus • Ekstremitas : simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan • Reflek morro : ada rooting : ada walking : ada graphs : ada sucking : ada tonicneck : ada Mengetahui, Rudy Novrianto (orang tua) PENDOKUMENTASIAN PADA BAYI TN.R USIA 21 BULAN DENGAN DIAPERUSH DI BPS MUZDALIFA, A.MD. KEB PADA TANGGAL 30 JANUARI 2013 DI PADANG S : - bapak mengatakan timbul bintil-bintil merah pada bagian bokong bayi setelah menggunakan pampers dan bayi menjadi lebih rewel dari biasanya - bapak mengatakan usia banyinya 21 bulan O : 1. Tanda-tanda vital : - suhu : 370c - pernapasan : 43x/i - nadi : 123x/i 2. pemeriksaan fisik o Kepala : bersih, tidak ada ketombe o Mata : simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan o Muka : tidak ada oedema o Mulut : bersih o Leher : tidak ada pembengkakan kelenjer tyroid dan tidak ada pembengkakan kelenjer limfe o Dada : simetris payudara kiri dan payudara kanan o Abdomen : tidak ada kelainan o Genitalia : ada lubang pada saluran uretra o punggung : tidak ada spina bifida, bintil-bintil merah pada daerah bokong o Anus : ada lubang anus o Ekstremitas : simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan A : - Diagnosa : bayi usia 21 bulan dengan diaperush, ku bayi baik - Masalah : gangguan rasa nyaman sehubungan dengan rasa gatal dan kemerahan pada bagian lipatan paha dan bokong bayi - Masalah potensial : tidak ada P : INTERVENSI 1. Beritahu hasil pemeriksaan 2. Beritahu cara mengatasi bintil-bintil merah pada bagian bokong bayi 3. Beri tahu penyebab bintil-bintil merah pada bagian bokong bayi 4. Informasikan tanda bahaya IMPLEMENTASI 1. Memberi tahu kepada bapak tentang hasil pemeriksaan terhadap bayinya yaitu tanda-tanda vital masih dalam batas normal dan pada pemeriksaan fisik ditemukan bintil-bintil merah pada bagian bokong bayi. Hal ini merupakan tanda-tanda bayi mengalami ruam popok/diaper rush 2. Memberitahu bapak cara mengatasi bintil-bintil merah pada bagian bokong bayi yaitu dengan cara menjaga kebersihan genitalia/kelamin bayi. Selain itu beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu : • Jangan biarkan bayi menggunakan pampers/popok terlalu lama dan jangan tunggu hingga pampers/popok sampai terisi penuh • Saat akan mengganti pampers/popok dengan yang baru, bersihkan terlebih dahulu kelamin bayi dan pastikan kelamin bayi kering barulang kenakan pampers/popok • Jangan gunakan pampers/popok yang terlalu ketat • Perhatikan bayi alergi terhadap pampers/popok tertentu • Atur posisi bayi sehingga tidak menekan bagian yang teriritasi Selain itu, cara mengatasi juga bisa dilakukan dengan menggunakan krim/lotion yang mengandung zinc ixide/petrolatum pada daerah yang meradang sebagai lapisan pelindung kulit/ memberikan salep/krim yang mengandung kortikosteroid 1%/salep antijamur dan bakteri seperti miconazole 3. Memberitahu kepada bapak penyebab dari bintil-bintil merah yang timbul pada bokong bayi yaitu : • Jarang mengganti pampers/popok (membiarkan pampers/popok sampai penuh) • Kebersihan daerah kelamin bayi kurang terjaga • Udara dan suhu yang panas • Kulit bayi yang mudah teriritasi • Infeksi jamur candida albicans • Diare hingga menyebabkan iritasi kulit • Reaksi kontak bahan pampers/popok seperti karet, plastik 4. menginformasikan kepada bapak tanda bahaya yaitu : • Jika bintil-binti merah pada bokong tidak juga hilang dalam waktu 2-3 hari atau bokong menjadi melepuh atau bernanah bahkan lebih parah dari sebelumnya maka hendaklah orang tua segera konsultasikan kondisi bayinya ke dokter EVALUASI : 1. bapak mengerti bahwa anaknya terkena ruam popok/diper rush 2. bapak mengerti dan dapat menyebutkan 3 cara mengatasi ruam popok/diaper rush 3. bapak paham dengan penyebab timbulnya ruam popok/diaper rush 4. bapak paham dan akan segera konsultasikan ke dokter jika ruam popok/diaper rush tidak juga hilang dalam 2-3 hari atau bahkan semakin memburuk BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Diaper rush adalah iritasi pada kulit bayi yang terjadi di daerah bokong. Ini bisa terjadi jika popok basahnya telat diganti, atau popoknya terlalu kasar dan tidak menyerap keringat, infeksi jamur atau bakteri atau bahkan eksema. Ruam popok atau diaper rush merupakan masalah kulit pada daerah genital bayi yang ditandai dengan timbulnya bercak-bercak merah dikulit, biasanya terjadi pada bayi yang memiliki kulit sensitif dan mudah terkena iritasi. Bercak-bercak ini akan hilang dalam beberapa hari jika dibasuh dengan air hangat, dan diolesi lotion atau cream khusus atau dengan melepaskan popok beberapa waktu. DAFTAR PUSTAKA Ahmad,syaifuddin ali.2008.15 Langkah Jitu Menjaga Kesehatan anak Sejak Bayi.Yogyakarta:Pelangi Multi Akasara Eisenberg, arlene dkk.1994.Bayi Pada Tahun pertama: apa yang Anda hadapi per bulan.Jakarta: Arcan) Fakulatas kedokteran universitas indonesia.2002.Perawatan akulit Pada bayi Dan Balita.Jakarta:FKUI Fenwick,Elizabeth.1999.Merawat Bayi.jakarta:Dian Rakyat) http://www.wartamedika.com/2008/02/pengobatan-diaper-rash-ruam-popok.html) http://mybabynmom.wordpress.com/2009/08/18/masalah-kulit-pada-bayi-dan-anak/iaper rash http://kirana21.multiply.com/journal/item/98/Diaper_Rash_home_treatment) http://ibuprita.suatuhari.com/kenali-berbagai-masalah-kulit-yang-sering-terjadi-pada-anak/

Kamis, 24 Oktober 2013

KELAINAN BAWAAN (KONGENITAL) pada BAYI BARU LAHIR

KELAINAN BAWAAN (KONGENITAL) pada BAYI BARU LAHIR A.LABIOSKIZIS/LABIOPALATOSKIZIS PENGERTIAN : 1. Kelainan kotak palatine (bagian depan serta samping muka serta langit – langit mulut) tidak menutup dengan sempurna 2. Merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa embrional berkembang, bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu. Belahnya belahan dapat sangat berpariasi, mengenai salah satu bagian atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum serta molle. Suatu klasifikasi berguna membagi struktur – struktur yang terkena menjadi : a. Palatum primer : meliputi bibir, dasar hidung, alveolus dan palatum durum dibelahan foramen incivisium. b. Palatum sekunder : meliputi palatum durum dan molle posterior terhadap foramen. Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan palatum sekunder dan dapat unilateral atau bilateral. Kadang – kadang terlihat suatu belahan submukosa, dalam kasus ini mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum. ETIOLOGI Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing antara lain : a. Faktor genetik atau keturunan : dimana material genetik dalam khromosom yang mempengaruhi. Dapat terjadi karena adanya mutasi gen ataupun kelainan khromosom. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46 khromosom yang terdiri dari 22 pasang khromosom non sex(kkhromosom 1 – 22) dan 1 pasang khromosom sex (khromosom X dan Y) yang menentukan jenis kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi trisomi 13 atau sindroma patau dimana ada 3 untai khromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total khromosom pada setiap selnya adalah 47. jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan ganggguan berat pada perkembangan otak, jantung dan giinjal. Namun kelainan ini sangat jarang terjadi dengan frekueunsi 1 dari 8000 – 10000 bayi yang lahir. b. Kurang nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C dan asam folat. c. Radiasi d. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama e. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infelsi rubella dan sifillis, toksoplasmosis dan klamidia f. Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol. g. Multifaktorial dan mutasi genetik h. Displasia ektodrmal. PATOFISIOLOGI Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak terbentuknya mesoderm, pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (proses nasalis dan maksilaris) pecah kembali. Labioskizis terjadi akibat fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominem nasalis medial yang diikuti difusi kedua bibir, rahang dan palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi septum nasi. Gangguan fusi palatum durum serta palatum mole terjadi sekitar kehamilan ke 7 sampai 12 minggu. KLASIFIKASI a. Berdasarkan organ yang terlibat : 1. Celah bibir (labioskizis) 2. Celah di gusi (gnatoskizis) 3. Celah dilangit (Palatoskizis) 4. Celah dapat terjadi lebih dari satu organ misalnya terjadi di bibir dan langit – langit (labiopalatoskizis). b. Berdasarkan lengkap/ tidaknya celah terbentuk : Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat, beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui adalah : 1. Unilateral iincomplete  Jika celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan tidak memanjang ke hidung 2. Unilateral complete  Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung 3. Bilateral complete  Jika celah sumbing terjadi dikedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung. DIAGNOSIS Untuk mendiagnosa terjadi celah sumbing pada bayi setelah lahir mudah karena pada celah sumbing mempunyai ciri fisik yang specifik.Sebetulnya ada pemeriksaan yang dapat digunakan uuntuk mengetahui keadaan janin apakah terjadi kelainan atau tidak. Walaupun pemeriksaan ini tidak sepenuhnya specifik. Ibu hamil dapat memeriksakan kandungannya dengan menggunakan USG. GEJALA DAN TANDA Ada beberapa gejala dari bibir sumbing, yaitu : 1. Terjadi pemisahan langit – langit 2. Terjadi pemisahan bibir 3. Terjadi pemisahan bibir dan langit – langit 4. Infeksi telinga berulang 5. Berat badan tidak bertambah 6. Pada bayi terjadi regurgitasi nasal sehingga ketika menyusui yaitu keluarnya air susu dari hidung. KOMPLIKASI Keadaan kelainan pada wajah seperti bibir sumbing ada beberapa komplikasi karenanya, yaitu : 1. Kesulitan makan (kurang gizi) ; dialami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti dengan celah palatum memerlukan penanganan khusus seperti dot khusus, posisi makan yang benar dan juga kesabaran memberi makan pada bayi dengan bibir sumbing. 2. Infeksi telinga ; dikarenakan tidak berfungsi dengan bai saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan kerongkongan dan jika tidak segera diatasi maka akan kehilangan pendengaran 3. kesulitan berbicara ; Otot – otot untuk berbicara mengalami penurunan fungsi karena adanya celah. Hal ini dapat mengganggu pola berbicara bahkan dapat menghambatnya. 4. masalah gigi ; pada celah bibir, gigi tumbuh tidak normal atau bahkan tidak tumbuh sehingga perlu perawatan dan penanganan khusus. PENATALAKSANAAN Penanganan uuntuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi ini dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang menigkat dan bebas dari iinfeksi oral pada saluran nafas dan sistemik.dalam bebarapa buku dikatakakkn juga untuk melakukan operasi bibir sumbing dilakukan hukum sepuluh (rules of ten) yaitu Berat badan bayi min 10 pon kadar Hb 10 gr% dan usianya minimal 10 minggu dan kadar leukosit minimal 10000/ui. Perawatan : 1. Menyusui 2. Menggunakan alat khusus 3. posisi mendekati duduk dengan aliran yang langsung menuju bagian sisi atau belakang lidah bayi 4. tepuk – tepuk punggung bayi berkali – kali karena cenderung uuntuk menelan banyak udara 5. periksa bagia bawah hidung dengan teratur, kadang – kadang luka terbentuk pada bagian bawah pemisah lobang hidung 6. Suatu kondisi yang sangat sakit dapat membuat bayi menolak menyusu. Jika hal ini terjadi arahkan dot ke bagian sisi mulut uuntuk memberikan kesempatan pada kulit yang elmbut tersebut untuk sembuh 7. Setelah siap menyusu, perlahan – lahan bersihkan daerah sumbing dengan alat berujung kapas yang dicelupkan dalam hydrogen peroksida setengah kuat atau air. Pengobatan : 1. Dilakukan bedah elektif yang melibatkakn bebrapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Bayi akan memperoleh operasi untuk memperbaiki kalainan tetapi waktunya yang tepat untuk operasi tersebut bervariasi. 2. Tindakan pertama dikerjakan untuk menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule of ten yaitu umur >10 mg, BB > 10 kg, Hb > 10 gr/dl, leukosit > 10.00 ui 3. Tindakan operasi selanjutnya adalah menutup langitan / palatoplasti dikerjakan sediini mungkin (15 – 24 bln) sebelum anak mampu bicara lengkap sehiongga pusat bicara otak belum membentuk cara bicara. Pada umur 8 – 9 thn dilaksanakan tindakan operasi penambahan tulang pada celah alveolus/maksila uuntuk memungkinkan ahli ortodensi mengatur pertumbuhan gigi dikanan dan kiri celah supaya normal. 4. Operasi terakhir pada i\usia 15 – 17 tahu n dikerjakan setelah pertumbuhan tulang – tulang muka mendeteksi selesai. 5. Operasi mungkin tidak dapat dilakukan jika anak memiliki kerusakan yang lebar. Dalam hal ini suatu kontur seperti balon bicara ditempel pada bagian belakang gigi geligi menutupi nasofaring dan membantu anak bicara yang lebih baik. 6. Anak tersebut juga membutuhkan teraphi bicara karena langit – langit sangat penting untuk pembentukan bicara dan perubahan struktur. Prinsip perawatan secara umum : 1. Lahir; bantuan pernafasan dan pemasangan NGT (naso Gastric Tube) bila perlu untuk membantu masuknya makanan kedalam lambung. 2. Umur 1 minggu ; pembuatan feeding plate untuk mambantu menutup langit – langit dan mengarahkan pertumbuhan, pemberian dot khusus. 3. Umur 3 bulan ; labioplasty atau tindakan operasi untuk bibir, alanasi (untuk hidung) dan evaluasi telinga. 4. Umur 18 bulan – 2 thn ; palatoplasty  tindakan operasi langit – langit bila terdapat sumbing pada langit – langit. 5. Umur 4 tahun ; dipertimbangkan repalatory atau pharingoplasty 6. Umur 6 tahun ; evaluasi gigi dan rahang, evaluasi pendengaran. 7. Umur 11 tahun ; alveolar bone graft augmentation (cangkok tulang pada pinggir alveolar untuk memberikan jalan bagi gigi caninus). Perawatan ortodontis 8. Umur 12 – 13 tahun ; final touch,perbaikan – perbaikan bila diperlukan B. ATRESIA OESOPHAGUS PENGERTIAN : Atresia oesophagus adalah gangguan pembentukan dan pergerakan lipatan pasangan kranial dan satu lipatan kaudal pada usus depan primitif. Atresia oesophagus sering disertai dengan kelainan jantung, gastrointestinal(atresia duodeni, atresia ani), kelainan tulang. Akibat atresia saliva akan terkumpul diujung bagian yang buntu, yang akan mengalir keluar atau masuk kedalam trakhea (bila terdapat fistula). Lebih berbahaya bila melalui fistula trakheo-oesophagus, cairan lambung mengalir kedalam paru – paru. ETIOLOGI : Kegagalan pada fase embrio terutama pada bayi yang lahir prematur MANIFESTASI KLINIK :  Hipersekresi cairan dari mulut  Gangguan menelan makanan (tersedak, batuk) DIAGNOSIS :  Biasanya disertai hydramnion (60%) dan hal ini pula yang menyebabkan kenaikan frekuensi bayi yang lahir prematur. Sebaiknya bila dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa kehamilan ibu disertai hydramnion, hendaknya dilakukan kateterisasi oesophagus dengan kateter no 6 – 10 F. Bila kateter terhenti pada jarak kurang dari 10cm, maka harus diduga terdapat atresia oesophagus.  Bila pada bayi baru lahir timbul sesak nafas yang disertai dengan air liur yang meleleh keluar, harus disertai terdapat atresia oesophagus.  Segera setelah diberi minum, bayi akan berbangkis, batuk dan cyanosis karena aspirasi cairan kedalam jalan nafas.  Diagnosis pasti dapat dibuat dengan photo thoraks yang akan menunjukkan gambaran kateter terhenti pada tempat atresia. Pemberian kontras kedalam oesophagus dapat memberi gambaran yang lebih pasti, tetapi cara ini tidak dianjurkan.  Perlu dibedakan pada pemeriksaan fisik apakah lambung terisi udara atau kosong untuk menunjang atau menyingkirkan terdapatnya fistula trakheo oesophagus. Hal ini dapat dilihat pada photo abdomen. PENATALAKSANAAN :  Pertahankan posisi bayi dalam posisi tengkurap, bertujuan untuk meminimalkan terjadinya aspirasi  Pada anak segera dipasang kateter kedalam oesophagus dan bila mungkin dilakukan penghisapan terus menerus.  Pertahankan keaktifan fungsi respirasi  Dilakukan tindakan pembedahan. C. ATRESIA REKTI DAN ATRESIA ANUS PENGERTIAN Atresia rekti adalah obstruksi pada rektum. Atresia anus adalah obstruksi pada anus. Atresia anus adalah salah satu bentuk kelainan bawaan yang menunjukan keadaan tidak adanya anus, atau tidak sempurnanya anus. ETIOLOGI :  Belum diketahui secara pasti  Merupakan (kegagalan perkembangan) anomaly gastrointestinal (sistem pencernaan) dan genitourinary (sistem perkemihan)  Gangguan pertumbuhan fusi dan pembentukan anus dari tonjolan embrionik  Pada atresia anus, diduga ada keterlibatan kelainan genetik pada khromosom 21 BENTUK - BENTUK KELAINAN ATRESIA ANUS :  Lubang anus sempit atau salah letak di depan tempat semestinya  Terdapat selaput pada saat pembukaan anus sehingga mengganggu proses pengeluaran feces  Rektum (saluran akhir usus besar) tidak terhubung dengan anus  Rektum terhubung degan saluran kemih atau sistem reproduksi melalui fistula (lubang), dan tidak terdapat pembukaan anus. MANIFESTASI KLINIK  Tidak bisa b a b melalui anus  Distensi abdomen  Perut kembung  Muntah muntah pada umur 24 – 48 jam PEMERIKSAAN FISIK :  Anus tampak merah  Usus melebar kadang – kadang tampak illieus obstruksi  Pada auskultasi terdengar hyperperistaltik. D. HISCHPRUNG Pada tahun 1886 Hischprung mengemukakan 2 kasus obstipasi sejak lahir yang dianggapnya disebabkan oleh dilatasi kolon. Kedua penderita tersebut kemudian meninggal. Dikatakannya pula bahwa keadaan tersebut merupakan kesatuan klinis tersendiri dan sejak itu disebut penyakit hiscprung. Zuelser dan wilson (1984) mengemukakan bahwa pada dinding usus yang menyempit tidak ditemukan ganglion parasimpatis. Sejak saat tersebut penyakit ini dikenal dengan istilah aganglionis kongenital. PENGERTIAN HISCHPRUNG adalah suatu obstruksi pada sistem pencernaan yang disebabkan oleh karena menurunnya kemampuan motilitas kolon, sehingga mengakibatkan tidak adanya ganglionik usus. ETIOLOGI Kegagalan pembentukan saluran pencernaan selama masa perkembangan fetus. TANDA DAN GEJALA  Konstipasi / tidak bisa b a b  Distensi abdomen  Muntah  Dinding andomen tipis  Trias yang sering ditemukan adalah : mekoniu yang terhambat keluar (lebih dari 24 jam), perut kembung dan muntah berwarna hijau. Pemeriksaan colok anus sangat penting dan pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium/feses yang menyemprot. Pemeriksaan penunjang : Pada photo polos abdomen tegak akan terlihat usus – usus melebar atau terdapat gambaran obstruksi usus rendah. DIAGNOSIS PASTI :  Pemeriksaan histopatologis, yaitu tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis, yang dapat dilakukan dengan jalan : a. Biopsi hisap  mukosa sampai dengan submukosa diambil dengan mengunakan alat penghisap dan selanjutnya dicari sel ganglion pada daerah submukosa.Cara biopsi ini tidak traumatik, mudah dan dapat dikerjakan di poliklinik. Kesukarannya adalah mencari sel ganglion submukosa tersebut. b. Biopsi otot rektum  Dengan cara iini diambil lapisan otot. Tindakan ini dilakukan dengan anak dalam narkose.  Pemeriksaan aktifitas enzim asetylkolin esterase dari hasil biopsi hisap. Pada penyakit hiscphrung, khas terdapat peningkatan aktifitas enzim asetylkolin esterase.  Pemeriksaan aktifitas norepinephrin dari jaringan biopsi usus. Usus yang aganglionosis akan menu njukkan peningkatan aktifitas enzim tersebut. BERDASARKAN PANJANG SEGMEN YANG TERKENA, DAPAT DIBEDAKAN MENJADI 2 TYPE :  Penyakit hiscprung segmen pendek  segmen aganglionosis dari anus sampai sigmoid. Merupakan 70 % dari kasus penyakit hischprung dan lenih sering ditemukan pada anaka laki – laki dibanding anak perempuan.  Penyakit hischprung segmen panjang Daerah aganglionoosi dapat melebihi sigmoid, malahan dapat mengenai seluruh kolon atau sampai usus halus. Ditemukan sa ma pada anak laki – laki dan perempuan. PENATALAKSANAAN  Pengangkatan aganglionik (usus yang dilatasi)  Dilakukan tindakan colostomy  Pertahankan pemberian nutrisi yang adekuat E. OBSTRUKSI BILLIARIS PENGERTIAN Adalah tersumbatnya saluran kandung empedu karena terbentuknya jaringan fibrosis. ETIOLOGI  Degenerasi sekunder  Kelainan kongenital TANDA DAN GEJALA  Ikterik (pada umur 2 – 3 minggu) peninbgkatan bilirubin direct dalam serum (kerusakan parenkim hati, sehingga billirubin indirect meningkat)  Billirubinuria  Tinja berwarna seperti dempul  Terjadi hepatomegali PENATALAKSANAAN Pembedahan F. OMFALOKEL perbedaan GASTROCSHISIS sama OMFALOKEL PENGERTIAN  Adalah merupakan hernia pada pusat, sehingga isi perut keluar dalam kantong peritoneum.  Omfalokel (eksomfotos) adalah suatu cacat umbilicus, tempat usus besar dan organ abdomen lain dapat menonjol keluar. Ia bisa disertai dengan kelainan kromosom, yang harus disingkirkan. Cacat dapat bervariasi dan diameter beberapa centimeter sampai keterlibatan dinding abdomen yang luas. Organ yang menonjol keluar ditutupi oleh lapisan tipis peritoneum yang mudah terinfeksi. Rongga abdomen sendiri sangat kecil, sehingga perbaikan bedah bisa sangat sulit atau tidk mungkin, kecuali bila dinding abdomen yang tersisa cukup dapat direntang untuk memungkinkan penempatan kembali isi abdomen. Penggantinya, cacat ini dapat ditutupi dengan bahan sintetis seperti silastic, yang dapat digulung ke atas, sehingga usus dapat didorong masuk secara bertahap ke dalam rongga abdomen dalam masa beberapa minggu. (Pincus eatzel dan Len Roberts. 1995. Kapita Selekta Pediatri. EGC : Jakarta).  Omfalokel (eksomfalokel) adalah suatu hernia pada pusat, sehingga isi perut keluar dan dibungkus suatu kantong peritoneum. Penanganannya adalah secara operatif dengan menutup lubang pada pusat. Kalau keadaan umum bayi tidak mengizinkan isi perut yang keluar dibungkus steril dulu setelah itu baru dioperasi. (Rustam Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri. EGC : Jakarta)  Omfalokel disebabkan oleh kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu sehingga menyebabakan timbulnya omfalokel. Kelainan ini dapat segera dilihat, yaitu berupa prostrusi dari kantong yang berisi usus dan visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilicus. Angka kematian tinggi bila omfalokel besar karena kantong dapat pecah dan terjadi infeksi  Sebelum dilakukan operasi, bila kantong belum pecah, harus diberi merkurokrom dan diharapkan akan terjadi penebalan selaput yang menutupi kantong tersebut sehingga operasi dapat ditunda sampai beberapa bulan. Sebaiknya operasi dilakukan segera sesudah lahir, tetapi harus diingat bahwa dengan memasukkan semua isi usus dan otot visera sekaligus ke rongga abdomen akan menimbulkan tekanan yang mendadak pasa paru sehingga timbul gejala gangguan pernapasan (Staf Pengajar IKA dan FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Infomedia – Jakarta.)  Omfalokel merupakan herniasi isi perut ke dasar umbilicus yang ditutupi lapisan transparan yang terdiri dari selaput amnion dan peritoneum.  (Segi-segi Praktis IKA, Rahman M. Jakarta : 1984)  Omalokel disebabkan oleh kegagalan otot dalam kemali ke rongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu hingga menyebabkan timbulnya omfalokel. Kelainan ini dapat terlihat dengan adanya prostrusi (sembilan) dari kantong yang serisi usus dan visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilicus (umbilicus terlihat menonjol keluar). Angka kematian kelainan ini tinggi bila omfalokel besar karena kantong pecah dan terjadi infeksi. (Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit.Editor Setiawan. Jakarta : EGC, 1997) ETIOLOGI Kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu sehingga menyebabkan timbulnya omfalokel. TANDA DAN GEJALA  Gangguan pencernaan, karena polisitemia dan hyperinsulin  Berat badan lahir > 2500 gram  Protrusi dari kantong yang berisi usu dan visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilikus. PENATALAKSANAAN  Berikan diit TKTP  Dilakukan tindakan pencegahan  Sebelum dilakukan operasi, bila kantong belum pecah, harus diberi merkurokhrom dan diharapkan akan terjadi penebalan selaput yang menjadi kantong tersebut sehingga operasi dapat ditunda sampai beberapa bulan. Sebaiknya operasi dilakukakn segera setelah lahir, tapi harus diingat bahwa dengan memasukkan semua isi usus dan alat visera sekaligus kedalam rongga abdomen akan menimbulkan tekanan yang mendadak pada paru – paru sehingga timbul gejala gangguan pernafasan.

Sabtu, 24 Agustus 2013

Dalam dunia sains, proses bertemunya sperma dan ovum disebut pembuahan atau fertilisasi. Sehingga fertilisasi dapat didefinisikan sebagai proses fusi atau peleburan spermatozoa dan ovum.
Sekedar informasi sebelum penjelasan lebih lanjut adalah :
  • Sperma manusia yang dikeluarkan saat ejakulasi sekitar 120 – 140 juta/ml.
  • Pada manusia, ovum yang siap dimasuki spermatozoa mengalami pembelahan kromosom yaitu metafase (pada meiosis I). Sebelum metafase sperma masih belum bisa masuk. Dan pada saat metafase, sperma baru bisa menempel pada ovum, kemudian spermatozoa memberi rangsangan pada ovum agar dapat masuk ke dalam ovum dan menyempurnakan prosesnya menjadi anafase, telofase, yang nantinya sperma akan bertemu dengan inti ovum.
  • Fertilisasi hingga dapat menjadi suatu embrio harus dilakukan oleh satu sperma. Lebih dari satu sperma tidak dapat membuahi satu ovum. Apabila hal itu terjadi embrio tidak akan terbentuk dan mengalami degradasi. Mengapa hal itu terjadi? Kita akan mengetahuinya nanti.
Tahapan-tahapan yang terjadi pada fertilisasi adalah sebagai berikut :
Kapasitasi Spermatozoa dan Pematangan Spermatozoa
Kapasitasi Spermatozoa merupakan tahapan awal sebelum fertilisasi. Sperma yang dikeluarkan dalam tubuh (fresh ejaculate) belum dapat dikatakan fertil atau dapat membuahi ovum apabila belum terjadi proses kapasitasi. Proses ini ditandai pula dengan adanya perubahan protein pada seminal plasma, reorganisasi lipid dan protein membran plasma, Influx Ca, AMP meningkat, dan pH intrasel menurun.
Perlekatan spermatozoa dengan Zona Pelucida
Zona pelucida merupakan zona terluar dalam ovum. Syarat agar sperma dapat menempel pada zona pelucida adalah jumlah kromosom harus sama, baik sperma maupun ovum, karena hal ini menunjukkan salah satu ciri apabila keduanya adalah individu yang sejenis. Perlekatan sperma dan ovum dipengaruhi adanya reseptor pada sperma yaitu berupa protein. Sementara itu suatu glikoprotein pada zona pelucida berfungsi seperti reseptor sperma yaitu menstimulasi fusi membran plasma dengan membran akrosom (kepala anterior sperma) luar. Sehingga terjadi interaksi antara reseptor dan ligand. Hal ini terjadi pada spesies yang spesifik.
Reaksi Akrosom
Reaksi tersebut terjadi sebelum sperma masuk ke dalam ovum. Reaksi akrosom terjadi pada pangkal akrosom, karena pada lisosom anterior kepala sperma terdapat enzim digesti yang berfungsi penetrasi zona pelucida. Mekanismenya adalah reseptor pada sperma akan membuat lisosom dan inti keluar sehingga akan merusak zona pelucida. Reaksi tersebut menjadikan akrosom sperma hilang sehingga fusi sperma dan zona pelucida sukses.
Penetrasi Zona Pelucida
Setelah reaksi akrosom, proses selanjutnya adalah penetrasi zona pelucida yaitu proses dimana sperma menembus zona pelucida. Hal ini ditandai dengan adanya jembatan dan membentuk protein actin, kemudian inti sperma dapat masuk. Hal yang mempengaruhi keberhasilan proses ini adalah kekuatan ekor sperma (motilitas), dan kombinasi enzim akrosomal.
Bertemunya Sperma dan Oosit
Apabila sperma telah berhasil menembus zona pelucida, sperma akan menenempel pada membran oosit. Penempelan ini terjadi pada bagian posterior (post-acrosomal) di kepala sperma yang mengandung actin. Molekul sperma yang berperan dalam proses tersebut adalah berupa glikoprotein, yang terdiri dari protein fertelin. Protein tersebut berfungsi untuk mengikat membran plasma oosit (membran fitelin), sehingga akan menginduksi terjadinya fusi.
Aktivasi Ovum Sebelum Sperma Bertemu Oosit
Ovum pada kondisi metafase sebelum bertemu dengan sperma harus diaktifkan terlebih dahulu. Faktor yang berpengaruh karena adanya aktivasi ovum adalah konsentrasi Ca (kalsium), kelengkapan meiosis II, dan Cortical Reaction, yaitu reaksi yang terjadi pada ovum, eksosotosis, dan granula pendek setelah fusi antara sperma dan oosit.
Reaksi Zona untuk Menghadapi Sperma yang Masuk Setelah Penetrasi
Reaksi ini dikatalisis oleh protease yaitu mengubah struktur zona pelucida supaya dapat memblok sperma. Protein protease akan membuat zona pelucida mengeras dan menghambat sperma lain yang masuk zona pelucida. Melalui proses inilah ovum menyeleksi sperma dan hanya satu sperma yang masuk dalam ovum. Sehingga apabila sudah ada satu sperma yang masuk, dengan sendirinya ovum akan memblok sperma lain yang ingin masuk dalam ovum. Akan tetapi apabila ovum tidak dapat memblok sperma lain yang masuk, maka sperma yang masuk akan lebih dari satu. Hal ini menyebabkan rusaknya reseptor sperma dan kondisinya menjadi toxic sehingga akan terjadi gagal embrio. Keadaan seperti ini dinamakan Polyspermy.
Fertilisasi
Sperma dan ovum akhirnya berfusi dan fertilisasi terjadi. Akhir dari fertilisasi akan terbuntuk suatu zigot, embrio, kemudian individu baru.
Kurang lebih seperti itulah tahapan-tahapan dalam proses fertilisasi. Pengetahuan ini berguna apabila ingin melakukan rakayasa genetika pada reproduksi manusia. Misalnya saja, saat ini telah ada teknologi bayi tabung, dimana prosesnya beracuan pada proses fertilisasi ini. Pada intinya teknologi bayi tabung bermula dari spermatid yang telah dewasa (dari epitel tubulus seminiferus) diambil sedikit kemudian diinjeksikan ke ovum langsung. Sehingga pada prosesnya tidak melalui fertilisasi yang panjang. Karena mungkin saja kondisi sperma tidak dapat melakukan tahapan-tahapan tersebut, atau karena adanya faktor lain yang mendukung sperma tersebut mati sebelum bertemu ovum. Kemudian, apabila pasangan suami-istri normal terjadi gagal embrio, mungkin saja terjadi polyspermy, dimana terdapat lebih dari satu sperma yang membuahi ovum.

Sumber :
http://biowidhi.wordpress.com/2008/04/14/4/

proses pertemuan sperma dan sel telur



Jumat, 02 Agustus 2013

istilah-isltilah dalam pelayanan KB


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang bejudul “ ISTILAH-ISTILAH DALAM PELAYANAN KB “ ini tepat pada waktunya.
Keberhasilan dalam pembuatan makalah ini juga tak lepas dari bantuan dan bimbingan dari bebagai pihak,untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing dan juga teman-teman semua yang telah ikut berperan serta dalam pembuatan makalah ini.
Disini penulis berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat berguna bagi orang-orang yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini belumlah sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan pada pembuatan makalah-makalah yang selanjutnya.
 Padang, Maret 2013

Penulis











DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang...............................................................................................
B.     Tujuan Penulisan............................................................................................
C.     Rumusan Masalah..........................................................................................
D.    Manfaat Penulisan..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
Istilah-istilah yang ada dalam pelayanan KB
A.  Akseptor KB....................................................................................................
B.  Alat Kontrasepsi...............................................................................................
C.  Kontrasepsi.......................................................................................................
D.   Metoda Kontrasepsi........................................................................................
E.    Istilah-istilah lain dalam pelayanan KB......................................................................
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan....................................................................................................
B.     Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA








BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

 Keluarga Berencana merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan, Pengobatan kemandulan dan penjarangan kehamilan.
Dengan demikian diharapkan:
F.        Terkendalinya tingkat kelahiran dan pertambahan penduduk
G.       Meningkatnya jumlah peserta KB atas dasar kesadaran
H.       Berkembangnya usaha-usaha yang membantu peningkatan kesejahteraan ibu dan anak, perpanjangan usia harapan hidup, menurunnya tingkat kematian bayidan balita, serta kematian pada masa kelahiran dan persalinan.

Tujuan utama program KB adalah untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesahatan reproduksi yang berkwalitas, menurunkan tingkat/angka kematian ibu bayi dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi alam dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas. Tujuan program penguatan kelembagaan keluarga kecil berkualitas adalah untuk membina kemandirian dan sekaligus meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, serta pemberdayaan dan ketahanan keluarga terutama yang diselenggarakan oleh industri masyarakat di daeah perkotaan dan pedesaan sehingga membudidaya dan melembaganya keluarga kecil berkwalitas.
Perkembangan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional telah menumbuhkan berbagai istilah baru dalam operasional Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Untuk itu kami sebagai anggota kelompok mencoba untuk mebuat suatu makalah yang berisikan istilah-istilah yang ada dalam pelayanan KB.
Munculnya berbagai istilah tersebut didorong oleh adanya kebutuhan dari berbagai kalangan baik dari Para Pengelola dan Pelaksana Program di lingkungan instansi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Instansi/Institusi di luar BKKBN, maupun masyarakat lainnya, untuk mengetahui, mengerti dan memahami istilah yang ada.
B.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
a.       Untuk mengetahui istilah-istilah yang ada dalam pelayanan KB.
b.      Untuk menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai istilah-istilah yg ada dalam pelayanan KB.
2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Pelayanan KB.
b.      Untuk lebih meningkatkan pemahaman mengenai istilah yg digunakan dalam Pelayanan KB.
c.       Untuk memudahkan kita dalam memberikan konseling Kb kepada Akseptor dengan mengetahui istilah-istilah yang ada dalam Pelayanan KB.
d.      Untuk melihat gambaran hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang Kb dengan istilah-istilah yang ada dalam Pelayanan KB.
C.    Rumusan Masalah
a.       Istilah-istilah apa saja yang ada dalam pelayanan KB?
b.      Apa saja pembagian atau jenis-jenis dari istilah yang ada dalam Pelayanan kebidanan ?
D.    Manfaat
a.       Sebagai informasi bagi pembaca mengenai istilah-istilah yang ada dalam pelayanan KB.
b.      Memahami tentang istilah-istilah yang ada dalam Pelayanan KB.
c.       Memahami dan mampu memberikan pelayanan KB yang tepat kepada para pengguna Kontrasepsi.










BAB II
PEMBAHASAN
Istilah-Istilah Yang Ada Didalam Pelayanan KB Diantaranya Adalah :

1.              Akseptor
Akseptor adalah Peserta KB , yaitu pasangan usia subur ( PUS ) yang menggunakan salah satu alat / obat kontrasepsi.
Akseptor KB terbagi menjadi :
a.       Akseptor Aktif
Akseptor aktif yaitu pasangan Usia Subur yang pada saat ini sedang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi.
b.      Akseptor Baru
Akseptor Baru yaitu Pasangan Usia Subur yang baru pertama kali menggunakan alat/obat kontrasepsi atau PUS yang kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus.
c.       Akseptor Dini
Akseptor Dini yaitu Para Ibu yang menerima salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.
d.      Akseptor Dropout
Akseptor Dropout yaitu Akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari 3 bulan.
e.       Akseptor Langsung
Akseptor Langsung yaitu Para Istri yang memakai salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.
f.       Akseptor Lestari
Akseptor Lestari  yaitu Akseptor yang menggunakan alat kontrasepsi secara terus menerus dalam waktu sekurang-kurangnya 5 tahun.

2.        Alat Kontrasepsi
Alat Kontrasepsi adalah Alat yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan.



Jenis-jenis Alat kontrasepsi :
a.      Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
Alat Kontrasepsi Bawah Kulit yaitu Alat kontrasepsi yang disusupkan atau ditanam di bawah kulit. Yang beredar di Indonesia antara lain: Norplant, Implanon, Indoplan, Sinoplan dan Jadena.
o   Implanon
Yaitu Susuk KB satu batang - Alat kontrasepsi yang ditanam di bawah kulit (susuk KB).
o   Implant / Norplant
Yaitu Alat kontrasepsi yang ditanam di bawah kulit (susuk KB).
b.      Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ( AKDR )
~ Intra Uterine Device (IUD),
Adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim, terbuat dari plastik halus dan fleksibel (polietilin).
Jenisnya antara lain:
o   Lippes Loop, Berbentuk spiral, ukurannya ada tiga macam: kecil, sedang dan besar.
o   Copper T (CuT-380A) berukuran kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi dengan kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).
o   Jenis lain yang beredar di Indonesia antara lain Multiload (ML Cu 250 dan 375), dan NOVA T.

3.         Kontrasepsi
Yaitu Obat/alat untuk mencegah terjadinya konsepsi (kehamilan). Jenis kontrasepsi ada dua macam, yaitu kontrasepsi yang mengandung hormonal (pil, suntik dan implant) dan kontrasepsi non-hormonal (IUD, Kondom).
a.      Kontrasepsi Alamiah
Adalah Cara-cara ber KB tidak dengan menggunakan alat/obat kontrasepsi modern.
Seperti :
·         Metode kalender
Menggunakan prinsip pantang berkala, dengan tidak melakukan hubungan seksual pada masa subur istri.
·         Metode pantang berkala
Juga dg tidak melakukan hubungan seksual pada masa subur istri.
·      Metode Suhu basal
·      Metode Lendir Serviks
·      Metode Simptom Termal
·      Koitus Interuptus.

4.      Kontrasepsi pil Progestin ( minipil )
Yaitu Kontrasepsi yang diberikan secara oral dalam bentuk pil yang mengandung hormon progestin atau dikenal dengan istilah minipil. Minipil sangat dianjurkan bagi ibu menyusui bayinya sampai 6 bulan karena tidak menghambat produksi ASI. Minipil juga dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat. Efek samping yang biasanya terjadi diantaranya gangguan perdarahan, perdarahan bercak, atau perdarahan tidak teratur. 

5.      Kontrasepsi Mantap
Yaitu Metode operasi wanita (tubektomi) atau metode operasi pria (vasektomi).

6.      Kontrasepsi pasca keguguran
Yaitu Program pelayanan kotrasepsi khusus bagi yang baru saja mengalami keguguran, perlu segera diberikan karena ovulasi dapat terjadi sebelas hari sesudah terapi keguguran/abortus sebelum haid berikutnya.

7.      Metoda Kontrasepsi
Metode kontrasepsi adalah Cara/ alat untuk menjarangkan atau mencegah terjadinya konsepsi.
a.      Metoda Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET)
Metoda Kontrasepsi Efektif Terpilih (Mket) Yaitu AKDR (IUD) Implant (Norplant/susuk KB) dan kontap (vasektomi, Tubektomi).
b.      Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
Metode kontrapsesi jangka panjang (yaitu : IUD, Implant/susuk KB, Medis operasi pria dan wanita )
c.       Metode Amenorea Laktasi (MAL)
                   Metode kontrasepsi dengan mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya.

d.      Metoda Kontrasepsi Pria
                   Cara untuk menjarakan atau menjegah terjadinya konsepsi yang di khusus digunakan oleh pria, misalnya : kondom

Istilah-Istilah Lain Yang Ada Dalam Pelayanan KB :
1.      Angka Kegagalan Kontrasepsi
Angka yang menunjukkan banyaknya akseptor yang menjadi hamil pada saat masih menggunakan alat kontrasepsi.
2.      Angka Kegagalan Spiral
Angka yang menunjukkan banyaknya peserta KB aktif yang menggunakan IUD/AKDR yang menjadi hamil.
3.      Angka Kelangsungan (Continuation Rate)
Angka yang menunjukkan proporsi akseptor yang masih menggunakan alat kontrasepsi setelah suatu periode pemakaian tertentu.
4.      Angka Kelangsungan Kontrasepsi (Contraceptive Continuation Rate / CCR)
Proporsi pengguna alat/cara KB yang masih menggunakan alat/cara KB tertentu setelah suatu periode terpapar, misalnya satu tahun (12 bulan), terhadap risiko tidak meneruskan penggunaan.
5.      Angka Kemantapan Spiral
Angka yang menunjukkan banyaknya spiral yang telah dipasang dan masih ada dalam rahim (insitu) setelah waktu tertentu sesudah pemasangan. Angka ini lebih rendah dari angka kelangsungan pemakaian untuk spiral karena angka kemantapan tidak termasuk spiral yang dipasang kembali karena spiral keluar sendiri.
6.      Angka Ketidaklangsungan Kontrasepsi (CDCR)
Proporsi pengguna alat/cara KB yang tidak meneruskan suatu episode penggunaan alat/cara KB tertentu setelah suatu periode terpapar (exposure) karena berbagai alasan, seperti kegagalan atau mengalami efek samping.
7.      Angka Prevalensi Kontrasepsi (Contraceptive Prevalence Rate/CPR)
Persentase pasangan usia subur (PUS) yang sedang menggunakan alat/cara KB. Rumusnya adalah:
Jumlah PUS yang sedang ber KB
CPR =                                                             X 100
Jumlah PUS
8.      Efek Sampingan Kontraseps
Adalah perubahan sistem, alat dan fungsi tubuh yang timbul akibat dari penggunaan alat atau kontrasepsi dan tidak berpengaruh serius terhadap klien. Contoh:
a.         Kondom, reaksi alergi, mengurangi kenikmatan hubungan seksual
b.         Oral pil, muntah, pusing kepala, nafsu makan bertambah, lesu lemah tidak bersemangat dalam bekerja, penurunan ASI, tekanan darah tinggi, perubahan berat badan, jerawat, bercak cokelat pada wajah (hyper pegmentasi), varises, keputihan, gangguan haid.
c.         Suntik tidak datang haid (amenorea), pertambahan berat badan, sakit kepala, nyeri pinggul, tekanan darah tinggi.
d.        Implant, "hilang" tidak teraba, nyeri dada, pendarahan, bercak, nyeri kepala, mual/pusing/gelisah, berat badan bertambah/berkurang.
e.         AKDR, pendarahan, gangguan haid, demam, menggigil, cairan vagina yang banyak.
f.           Vasektomi, perdarahan sedikit membasahi plester penutup luka, nyeri didaerah luka, gatal di kulit disertai bentol bentol.
9.      Efektifitas Penggunaan Alat Kontrasepsi
            Dipakai dalam arti efektifitas klinik, yaitu pengaruh suatu cara kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
10.  Filamen AKDR
Benang pada alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) sehingga alat kontrasepsi itu mudah dikontrol dan diangkat bila diperlukan.
11.  Implant Kit
Suatu alat yang digunakan untuk memasang dan mencabut Implant.
12.  Insersi AKDR
Proses memasukkan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim/IUD) ke dalam rongga rahim, dengan menggunakan alat berbentuk tabung.
13.  IUD KIT
Suatu alat yang digunakan untuk memasang dan mencabut IUD.
14.  IUD Retention
Presentasi kemantapan pemakaian AKDR/IUD setelah periode tertentu.
15.  IUD SASI
Menggalakan pemakaian AKDR/IUD dalam rangka menunjang usaha penerimaan kontrasepsi yang efektif dan murah

16.  Kondom (KARET KB)
Salah satu alat kontrasepsi yg terbuat dari karet ( lateks ) berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi  kantung untuk menampung sperma yg dikeluarkan pria disaat bersenggama sehingga tidak tercurah kedalam vagina.
17.  Pelayanan Kontrasepsi
Suatu kegiatan pelayanan kontrasepsi yang dilakukan oleh unit pelaksana KB, baik pemerintah maupun swasta, misalnya kegiatan pemasangan IUD oleh PUSKESMAS, pemberian pil oleh PPKBD kepada peserta KB.
18.  Pil KB
Tablet yang diminum untuk mencegah kehamilan, mengandung hormon estrogen dan progesteron sintetik, disebut juga sebagai pil kombinasi, sedangkan jika hanya mengandung progesteron sintetik saja disebut Mini Pil atau Pil Progestin.
19.  PLKB/PKB Lulusan Bidan
Penyuluh Lapangan KB yang berpendidikan Sekolah Perawatan Bidan
20.  Pus Bukan Peserta Kb "Ingin Anak Ditunda"
Pasangan usia subur yang sedang tidak menggunakan salah satu alat/cara kontrasepsi karena menginginkan kelahiran anak ditunda dengan batas waktu dua tahun lebih.
21.   Pus Bukan Peserta Kb "Ingin Anak Segera"
Pasangan usia subur yang sedang tidak menggunakan salah satu alat/cara kontrasepsi karena menginginkan kelahiran anak dengan batas waktu dua tahun.
22.  Pus Bukan Peserta Kb "Tidak Ingin Anak Lagi"
Pasangan usia subur yang sedang tidak menggunakan salah satu alat/cara kontrasepsi padahal PUS yang bersangkutan sudah tidak ingin anak lagi.










BAB III
PENUTUP
A.            Kesimpulan
Perkembangan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional telah menumbuhkan berbagai istilah baru dalam operasional Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
Ada banyak istilah yang terdapat dalam pelayanan KB, seperti Akseptor, kontrasepsi, Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR ), alat kontrasepsi dibawah kulit serta terdapat juga bermacam-macam metoda dalam penggunaan kontrasepsi.
B.                 Saran
            Dengan berkembangnya lingkungan strategis Program Kependudukan dan Keluaraga berencana yang menimbulkan banyak istilah kita sebagai tenaga kesehatan harus mampu memahami dan mampu beradaptasi dengan kondisi yang akan datang, untuk itu semoga dengan adanya makalah yang berjudul Istilah-istilah dalam pelayanan KB ini bisa dijadikan suatu wadah untuk mendapatkan ilmu.
            Selain itu pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis berharap pembaca bisa memberikan kritik dan sarannya demi untuk kesempurnaan makalah ini.














Daftar Pustaka

Sulistyawati, Ari. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Salemba Medika ; Jakarta
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 2 tahun 2010.
Kamus Istilah Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional ( Direktorat Teknologi Imformasi Dan Dokumentasi Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional) Tahun 2011